Thursday, November 6, 2014

Makalah (Tafsir Tarbawi) Ayat-Ayat Tentang Kemampuan Dasar Manusia

Makalah Ayat-Ayat Tentang Kemampuan Dasar Manusia
Oleh: Herif De Rifhara

KATA PENGANTAR

            Puji syukur kepada Allah SWT, karena berkat rahmat, ‘inayah dan ma’unat-Nyalah penulisan makalah ini dapat diselesaikan. Adapun pembahasan dalam Makalah yang ditulis ini, mengenai Ayat-Ayat Tentang Kemampuan Dasar Manusia.


            Dalam memahami Al-Quran tidak terlepas dari pembelajaran Tafsir yang di Tafsirkan oleh para Ulama yang sudah teruji kemampuan dan kecerdasannya dalam memahami setiap ayat dan huruf dalam Al-Quran. Sehingga kita tidak kesulitan dalam memahami Al-Quran yang sebagai sumber hukum ajaran Islam. Untuk itu kami kelompok pertama dalam mata kuliah Tafsir Tarbawi ini berusaha menghimpun makalah mengenai Tafsir Ayat-Ayat Tentang Kemampuan Dasar Manusia yang kami himpun dari Kitab Tafsir, isnya Allah.

            Kami sebagai pemakalah pertama menyadari kekurangan-kekurangan yang terdapat di dalam makalah kami ini, untuk itu kami meminta kritik dan saran yang cerdas. Sehingga ke depan insya Allah kami menyusun dengan lebih baik lagi.

Tidak lupa juga Shalawat dan Salam ke atas junjungan Nabi besar kita Rasulullah Muhammad SAW, yang telah memberikan Ilmu Pengetahuan tentang Tuhan yang berhak disembah yakni, Allah SWT. Serta Nabi junjungan kita yang juga sebagai ahli Tafsir yang paling hebat. Shalawat dan salam semoga tercurahkan juga pada Sahabat-sahabat, keluarga, dan umat Nabi Muhammad SAW yang setia pada Sunnah beliau hingga akhir zaman.

       PENYUSUN MAKALAH

 Q.S. AR-RUM AYAT 30 DAN TERJEMAHANNYA DALAM TAFSIR AL-AZHAR:

فَاٴَقِمْ وَ جْهَكَ لِدِّيْنِ حَنِيْفًاج فِطْرَتَ اللهِ الَّتِى فَطَرَ النَّاسَ عَلَيْهاَج لاَ تَبْدِيْلَ لِخَلْقِ اللهِج ذَالِكَ الدِّيْنُ اْلقَيِّمُ وَ لٰكِنَّ اٴَكْثَرَ النَّاسِ لاَ يَعْلَمُونَ.
Artinya :

            “Maka tegakkanlah wajah engkau kepada agama, dalam keadaan lurus. Fithrah yang telah Dia fihtrahkan manusia atasnya. Sekali-kali tidaklah ada pergantian pada ciptaan Allah. Itulah agama yang lurus. Tetapi teramat banyaklah manusia yang tidak mengetahui. (Q.S. AR-RUM : 30) (Dalam Tafsir Al-Azhar, penerbit PT BINA ILMU OFFSET Surabaya:1976)

TAFSIR AYAT
                                   

1. Tegakkanlah Wajah Kepada Agama

            “Maka tegakkanlah wajah kepada agama, dalam keadaan lurus” (pangkal ayat 30). Tegakkanlah wajahmu; artinya berjalanlah tetap di atas jalan agama yang telah dijadikan syari’at oleh Allah untuk engkau. Agama itu adalah agama yang disebut Hanif yang artinya almustaqiim, yaitu LURUS. Hanif ini pulalah yang disebut untuk Agama Nabi Ibrahim. Bahkan dijelaskan bahwa yang ditegakkan oleh Muhammad sekarang ini ialah Agama Hanif atau Ash-Shirathal Mustaqim. Agama yang sebelum kedatangan Nabi Saw, banyak diselewengkan dari tujuan semula oleh anak cucunya. Baik anak cucu keturunan Bani Israil (Yahudi) maupun Bani Ismail (Arabi).

            Bani Israil menyelewengkan Agama Ibrahim menjadi agama keluarga serta menamainya Yahudi. Nama anak tertua Nabi Ya’qub As, yang bernama Yahuda. Nama Ya’qub di masa kecilnya ialah Israil. Kemudain keturunan selanjutnya dari Bani Israil atau disebut sekarang ini Agama Nasrani menyelewengkan pula dengan memasukan ajaran mythos agama-agama kuno, atau Agama Primitif, Pemekalah. “Trimurti” atau “Trinitas” ke dalam Agama, lalu mereka katakan Tuhan ada tiga dalam yang satu dan satu dalam yang tiga, yaitu Allah Bapa, Allah Putra dan Allah Roh Suci. Tambahan dari pemekalah Allah emak itupun kalau ada pula.

            Bani Ismail yakni bangsa Arab menjadikan Ka’bah sebagai tempat Berhala-Berhala. Mulanya dua tiga berhala, berangsur-rangsur bertambah menjadi 360 berhala. Bahkan terdapat berhala Maryam sedang memangku ‘Isa Almasih pada saat masih menyusuh. Awalnya berhala yang mereka masukkan adalah Lattah dan Uzza. Sehingga Allah Swt berfirman dalam Al- Quraan :
لَقَدْ رَ أَىٰ مِنْ ءَا يٰتِ رَبِّهِ اْلكُبْرَى  
            “Terangkanlah kepadaku (wahai kaum Musyrikin) tentang Latta dan Uzza.(An-Najm:19) 

Mujahid berkata, “Latta adalah orang yang dahulu mengadon tepung (dengan air atau minyak) untuk para jemaah haji. Setelah meninggal merekapun senantiasa mendatangi kuburannya.” (DiTerj. Tim Darul Ilmi, Muhammad bin ‘Abdul Wahhab at-Tamimi:2005:90)


2. Pada Fithrah Yang Telah Dia

“Pada fithrah yang telah Dia Fithrahkan manusia atasnya.” Artinya lazimilah atau tetaplah pelihara fithrahmu sendiri, yaitu rasa asli murni dalam jiwamu sendiri yang Belum terpengaruh apapun, yaitu mengakui adanya kekuasaan tertinggi dalam alam ini.

Dalam surat Al-A’raf ayat 172, Allah Swt menyatakan juga tentang fitrah itu. Yaitu pada suatu masa dahulunya, manusia yang masih ada dalam wujud ‘ilmi, yaitu masih ada dalam ilmu Tuhan tetapi belum dilahirkan ke muka bumi, Tuhan telah bertanya:

            “Bukankah Aku ini Tuhanmu? Semua menjawab: “Ya, kami berikan kesaksian.”

            Maka sejak akal tumbuh sebagai Insan, pengakuan akan adanya Maha Pencipta itu adalah fithrah, sama tumbuh dengan ‘aqal, bahkan boleh dikatakan bahwa Dia adalah sebahagian dari yang menumbuh-suburkan ‘aqal. Dapatlah dikatakan bahwa kepercayaan akan adanya Yang Maha Kuasa adalah fithri atau asli pada manusia.


3. Sekali-kali tidaklah ada

“Sekali-kali tidaklah ada pergantian pada ciptaan Allah.” Artinya ialah bahwa Allah Ta’ala telah menentukan demikian. Yaitu kepercayaan atas adanya Yang Maha Kuasa adalah fithri dalam jiwa dan ‘aqal manusia. Itu tidak dapat diganti dengan yang lain. Pada pokoknya seluruh manusia benua tempat dia berdiam, tempat dia dilahirkan adalah atas kehendak-Nya.

Ibnu Abbas, Ibrahim An-Nakhaa’iy, Said bin Jubair, Mujahid, ‘Ikrimah, Qataada, Adh-Dhahhaak dan Ibun Zaid berpendapat bahwa yang dimaksud ungkapan di atas “Tidaklah dapat diganti Agama Allah yang asli itu dengan yang lain.” Imam Bukhari berkata: “Tidak dapat dapat diganti Agama Allah, ciptaan pertama adalah agama pertama: agama dan al-fithrat al- Islam.

Maka Rasulullah Saw bersabda

“Dari Abu Hurairah RA. Berkata: Berkata Nabi Saw: Tidaklah dilahirkan seorang anak melainkan dalam keadan fithrah. Maka kedua ibu bapaknyalah yang menjadikan ia Yahudi, Nasrani, maupun Majusi.” (Dalam kitab Al-Azhar)

4. Itulah agama yang lurus

“Itulah agama yang benar.” Atau itulah agama yang bernilai tinggi. Berharga buat direnungkan.

5. Tetapi teramat banyaklah manusia yang tidak mengetahui

“Tetapi teramat banyaklah manusia yang tidak mengetahui.” Tertutuplah bagi mereka jalan buat mengetahui Hakikat yang benar itu. Ada kalanya karena hawa nafsu, adakalanya karena segan melepas pegangan lama yang telah dipusakai dari nenek moyang, adakalanya karena kesombongan karena merasa dilintasi. (Dalam Tafsir Al-Azhar, penerbit PT BINA ILMU OFFSET Surabaya:1976)

Q.S AL-ISRA, AYAT 70 DAN TERJEMAHANNYA DALAM TAFSIR IBNU KASIR:
وَلَقَدْ كَرَّمْناَ بَنِــىۤ ءَادَمَ وَ حَـمَلْــنٰهُمْ فِـى اْلبَرِّ وَ اْلبَحْرِ وَرَزَقْنٰهُمْ مِنَ اْلطَّــــــيِّــــبــٰتِ وَ فَضَّلْنٰهُمْ عَلــىٰ كَثِيْرٍ مِّـمَّنْ خَلَقْناَ تَــــــــفْـــــضِـــيْـــــلاً.
            “Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, kami angkut mereka di daratan dan di lautan. Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan.

            Allah Swt. menyebutkan tentang penghormatan-Nya kepada Bani Adam dan kemuliaan yang diberikan-Nya kepada mereka, bahwa Dia telah menciptakan mereka dalam bentuk yang paling baik dan paling sempurna di antara makhluk lainnya.
لَقَدْ خَلَقْناَ اْﻹِنْسٰنَ فِـىۤ أَحْسَنِ تَقْوِيْــــمٍ
            “Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya. (At-Tin: 4)
            Yakni manusia tegak dan berjalan dengan dua kakinya, makan dengan tangannya, sedang makhluk lain tidak. Dan Allah menjadikan pendengaran, penglihatan, dan hati untuk manusia, dengan semua itu manusia dapat mengerti dan memperoleh banyak manfaat. Berkat itu manusia dapat membedakan di antara segala sesuatu dan dapat mengenal kegunaan, manfaat serta bahayanya bagi urusan agama dan duniawinya.
1.         Kami angkut mereka di daratan. (AL-Isra: 70)
           
Yakni dengan memakai hewan kendaraan seperti unta, kuda, dan begal, sedangkan di air dengan perahu dan kapal laut.

2.         Kami beri mereka rezeki yang baik-baik. (AL-Isra: 70)

Yaitu berupa hasil tanam-tanaman, juga daging dan susu serta berbagai makanan yang lezat dan bergizi. Kami beri pula penampilan yang baik serta pakaian-pakaian yang beraneka ragam jenis dan warna serta modelnya yang mereka buat sendiri untuk diri mereka, juga yang didatangkan oleh orang lain kepada mereka dari berbagai penjuru dunia.
3.         Dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan. (Al-Isra:70)

Manusia lebih utama daripada makhluk lainnya, juga lebih utama daripada semua jenis makhluk. Ayat ini dapat diajadikan sebagai dalil menunjukkan keutamaan jenis manusia di atas jenis malaikat.

SYARAH HADITS PADA SURAT AL-ISRA AYAT 70

            Abdul Razzaq berkata, telah menceritakan pada kami Ma’mar, dari Zaid ibnu Aslam mengatakan bahwa para malaikat berkata, “Wahai Tuhan kami, Engkau telah memberikan kepada Nabi Adam dunia. Mereka dapat makan dari sebagian hasilnya dan besenang-senang dengannya, sedangkan Engkau tidak memberikannya kepada kami. Maka berikanlah kepada kami akhirat.” Allah Swt menjawab melalui firman-Nya, “Demi kebesaran dan Keagungan-Ku, Aku tidak akan menjadikan kebaikan keturunan orang yang Aku ciptakan dengan kedua tangan-Ku sendiri seperti kebaikan makhluk yang Aku ciptakan dengan Kun (jadilah kamu!), maka jadilah dia.

            Ditinjau dari jalurnya ini, hadits ini berperedikat Mursal, tetapi hadits ini telah diriwayatkan pula dari jalur yang lain secara Muttasil. Al-Hafiz Abul Qasim At-Tabrani mengatakan, telah bercerita kepada kami Ahmad ibnu Muhammad ibnu Sadaqah Al-Bagdadi, telah bercerita pada kami Ibrahim ibnu Abdullah ibnu Kharijah Al-Masisi, telah bercerita pada kami hajjaj ibnu Muhammad, telah menceritakan pada kami Muhammad Abu Gassan Muhammad ibnu Mutarrif, dari Safwan ibnu Sulaim, dari Ata ibnu Yasar, dari Abdullah ibnu Amr dari Nabi Saw. Yang telah bersabda:

            “Sesungguhnya malaikat berkata, “Wahai Tuhan kami, Engkau telah memberikan dunia kepada anak Adam; mereka dapat makan, minum dan berpakaian di dalamnya. Sedangkan kami hanya bertasbih dengan memuji-Mu, tanpa makan, minum, dan bersenang-senang. Maka sebagaimana Engkau berikan dunia kepada mereka, maka berikanlah akhirat bagi kami.” Allah berfirman, “Aku tidak akan menjadikan kebaikan keturunan orang yang Aku ciptakan dengan kedua tangan-Ku seperti kebaikan makhluk yang Aku ciptakan dengan Kun (jadilah kamu!), lalu terjadilah ia.”

Ibnu Asakir telah meriwayatkan lewat jalur Muhammad ibnu Ayyub Ar-Razi, bahwa telah bercerita pada kami Al-Hasan ibnu Ali ibnu Khalaf As-Saidalani, telah bercerita pada kami Sulaiman ibnu Abdur Rahman, telah menceritakan kepadaku Usman ibnu Hisn ibnu Ubaidah ibnu Allaq; ia pernah mendengar Urwah ibnu Ruwayyim Al-Lakhami mengatakan bahwa ia pernah mendapat hadits ini dari Anas ibnu Malik, dari Rasulullah bersabda:
            “Sesunguhnya malaikat berkata, “Wahai Tuhan kami, engkau telah menciptakan kami dan juga Bani Adam, tetapi Engkau jadikan mereka dapat makan, minum, berpakaian, dan mengawini wanita serta menaiki kendaraan. Mereka dapat tidur dan beristirahat, sedangkan Engkau tidak menjadikan sesuatu pun dari itu bagi kami. Maka berikanlah dunia kepada mereka dan berikanlah akhirat hanya untuk kami.” Maka Allah Swt. berfirman, “Aku tidak akan menjadikan orang yang telah Aku ciptakan dengan tangan-Ku dan Aku tiupkan ke dalamnya sebagian dari roh (ciptaan)Ku, seperti makhluk yang Aku ciptakan dengan mengatakan kepadanya, “Jadilah kamu!” maka terjadilah ia.”

            Imam Tabrani mengatakan, telah bercerita pada kami Abdan ibnu Ahmad, telah menceritakan kepada kami Umar ibnu Sahl, telah bercerita pada kami Abdullah ibnu Tamam, dari Abdullah ibnu Amr yang mengatakan, bahwa Rasulullah Saw. Pernah bersabda:
            Tiada sesuatu pun yang lebih dimuliakan oleh Allah pada hari kiamat selain dari anak Adam (manusia).

            Ketika ditanyakan, “Wahai Rasulullah, para Malaikat juga tidak dimuliakan-Nya?” Rasulullah Saw. Menjawab melalui sabdanya:
            Malaikat pun tidak, mereka adalah makhluk yang dipaksa, kedudukannya sama dengan matahari dan bulan.

            Hadits ini garib sekali.

Q.S AL-MUJADILAH, AYAT 5 DAN TERJEMAHANNYA DALAM TAFSIR IBNU KASIR:
إِنَّ الَّذِيْنَ يُـحَاۤدُّونَ اللهَ وَرَسُولَهُو كُبِتُواْ كَمَا كُبِتَ الَّذِيْنَ مِن قَبْلِهِمْج وَقَدْ أَنْزَ لْنَاۤ ءَايــــٰــــــتِم بــَـــــــــيـِّــــــنٰـــتٍج وَلِلْكٰفِرِيْنَ عَذَابٌ مُّهِيْنٌ.
            “Sesungguhnya orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya pasti mendapat kehinaan sebagaimana orang-orang yang sebelum mereka telah mendapat kehinaan. Sungguh Kami telah menurunkan bukti-bukti yang nyata. Dan bagi orang-orang kafir ada siksa yang menghinakan.”

1.)        Pasti mendapat kehinaan sebagaimana orang-orang yang sebelum mereka      
mendapat kehinaan. (Al-Mujadilah: 5)

            Yakni mereka dihina, dilaknat, dan direndahkan, sebagaimana yang telah dilakukan terhadap orang-orang yang serupa dengan mereka sebelum mereka.

2.)        Sungguh Kami telah menurunkan bukti-bukti yang nyata. (Al-Mujadilah: 5)

Yakni mereka dihinakan, dilaknat, dan direndahkan, sebagaimana yang telah dilakukan terhadap orang-orang yang serupa dengan mereka sebelum mereka.

3.)        Sungguh Kami telah menurunkan bukti-bukti yang nyata. (Al-Mujadilah: 5)

            Yaitu yang jelas lagi gamblang; tiada yang mengingkari dan tiada yang menentangnya kecuali hanya orang kafir, pendurhaka, lagi sombong.

4.)        Dan bagi orang-orang kafir ada siksa yang menghinakan. (Al-Mujadilah: 5)

            Sebagai pembalasan dari kesombongan mereka yang tidak mau mengikuti syariat Allah dan tidak mau tunduk patuh kepada-Nya.



KESIMPULAN, PESAN NASIHAT DAN PENUTUP
            Manusia memiliki kemampuan dasar yang diberi Allah Swt. yakni kemampuan berfikir dan mencari tahu. Ayat pertama di atas seolah-olah Allah Swt membicarakan pada kita. Jangan meninggal agama, yakni ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan yang diberikan Allah Swt yaitu Kitabullah dan Sunnah Rasulullah. Apabila kedua ini ditinggalkan maka kemampuan dasar manusia itu, yakni kemampuan berfikir dan mencari tahu akan muncul, tentunya kemampuan dasar pada diri manusia atau fitrahnya. Dia menyadari ada yang lebih hebat di dunia ini, yakni adanya Tuhan. Apabila tanpa pegangan yang kuat dan benar atau meninggalakan pegangan yang kuat dan benar itu maka manusia akan menciptakan Tuhan dengan logikanya. Ada firman yang mengatakan “Berpegang teguhlah kamu ke pada tali agama Allah” apa itu? Al-Quran dan Sunnah Rasulullah Saw. Jangan lepaskan dia, biar dia membawamu ke mana pergi sehingga dia menyampaikanmu ke surga. Apabila kamu lepaskan dia maka kamu akan terjatuh ke neraka.

            Berfikir dan mencari tahu tentang adanya Tuhan adalah awal sebuah titik perjalanan manusia, apabila manusia sudah mendapatkan titik terang tentang Tuhan. Dia akan mendapatkan kemampuan dasar yang lain yakni melahirkan sebuah benda yang bermanfaat yang diilhamkan Allah Swt padanya, salah satunya melahirkan sebuah kendaraan “kami angkut mereka di daratan dan di lautan.” Dan dengan itu manusia akan bisa mencari “Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik.” Demikianlah bunyi ayat ke dua di atas.

            Tidak ada tuhan selain Allah. Itulah bunyi syahadatain yang bermakna Tuhan itu Cuma satu, Dialah Allah Swt. Apabila manusia mnciptakan Tuhan selain Allah padahal dia sudah mengetahui kebenaran bahwasannya Tuhan itu cuma Allah tidak ada yang lain. Sungguh dia sedang menentang Allah. Oleh karena itu maka kita jangan meninggalkan ilmu yang telah diberikan Allah Swt itu, yakni Al-Quran dan Sunnah. Kalau kita tinggalkan itu maka “Sesungguhnya orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya pasti mendapat kehinaan sebagaimana orang-orang yang sebelum mereka telah mendapat kehinaan. Sungguh Kami telah menurunkan bukti-bukti yang nyata. Dan bagi orang-orang kafir ada siksa yang menghinakan.”

            Demikianlah makalah kami mudah-mudahan apa yang kami tulis ini bermanfaat bagi kita semua, amin ya rabbal ‘alamin. Dan apabila dirasa banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini. Kami minta kesediaan teman-teman untuk membantu kami. Karena kami bukanlah tamatan Pondok Pesantren yang memiliki keluasan ilmu mengenai Tafsir Al-Quraan.

        PENYUSUN MAKALAH
DAFTAR KEPUSTAKAAN

Diterj. Bahrun Abu Bakar, L.C., Penulis Al-Imam Abul Fida Ismail Ibnu Kasir Ad-Dimasyqi, Tafsir Ibnu Kasir Juz 15, (Bandung, Sinar Baru Algesindo: 2006)

Diterj. Bahrun Abu Bakar, L.C., Penulis Al-Imam Abul Fida Ismail Ibnu Kasir Ad-Dimasyqi, Tafsir Ibnu Kasir Juz 28, (Bandung, Sinar Baru Algesindo: 2008)

Diterj. Tim Darul Ilmi, Penulis Muhammad bin ‘Abdul Wahhab at-Tamimi, Kitab At-Tauhid, (Ngaglik Sleman, Darul Ilmi: 2005)

Diterj. Wawan Djunaedi Soffandi, S.Ag., Penulis Dr. Muhammad Abdurrahim Muhammad, Tafsir Nabawi, (Jakarta, Pustaka Azzam:2001)


Prof. Dr. Hamka, Tafsir Al-Azhar, (Surabaya, PT BINA ILMU OFFSET:1976)

No comments:

Post a Comment