Makalah Langkah-Langkah Bimbingan Dan
Konseling (Penyuluhan)
Oleh: Herif De Rifhara
PENDAHULUAN
Setelah mengetahui
apa pengertian bimbingan dan konseling (peyuluhan). Seorang konselor
harus mengetahui langkah-langkah bimbingan dan konseling, dalam arti mengetahui
cara apa saja yang dilewati seorang konselor menghadapi siswa yang
bermasalah.
Bedasarkan paragraph di atas, dalam pembahasan makalah ini, kami membahas
mengenai langakah-langkah bimbingan dan konseling. Pembahasan ini akan meliputi
:
A. Mengidentifikasi
kebutuhan, tantangan, dan masalah peserta didik
B. Menganalisis kebutuhan, tantangan, dan masalah dan
latar belakang peserta didik.
C. Mengetahui pemberian layanan bimbingan.
PEMBAHASAN
A. Mengidentifikasi
kebutuhan, tantangan, dan masalah peserta didik
Menurut Dewa Ketut
dan Desak Made, langkah-langkah Mengidentifikasi kebutuhan, tantangan, dan
masalah peserta didik di sekolah terlebih dahulu diadakan Langkah Analisis,
Langkah Sintesis dan selanjutnya diadakan Langkah Diagnosis, dan Prognosis.
(Dewa Ketut Sukardi dan Desak Made Sumiati,: 30). Sedangkan menurut Syahril dan
Riska, menyatakan terlebih dahulu diadakan; Identifikasi Kasus, dan Diagnosis.
1. Langkah Analisis
Menurut Dewa Ketut
dan Desak Made. Langkah Analisis “adalah langkah memahami kehidupan individu
siswa, yaitu dengan cara mengumpulkan dari berbagai sumber. Dengan arti lain
analisis merupakan kegiatan pengumpulan data tentang siswa yang berkenaan
dengan bakat, minat, motif, kesehatan fisik yang dapat menghambat atau mendukung
penyesuaian diri siswa. Alat-alat untuk keperluan analisis ini antara lain
berupa; Tes prestasi belajar, Kartu pribadi siswa, Pedomana wawancara, Riwayat
hidup, Catatan anekdot, Tes psikologis/Inventori, Daftar cek masalah, Angket,
Sosiometri, dan Daftar cek.” (Dewa Ketut Sukardi dan Desak Made Sumiati, : 30).
2. Langkah Sintesis
Menurut Dewa Ketut
dan Desak Made “Sintesis adalah langkah menghubungkan dan merangkum data. Ini
berarti bahwa dalam langkah sintesis peyuluhan mengorganisasian dan merangkum
data sehingga tampak dengan jelas gejala-gejala atau keluhan-keluhan siswa.
Rangkuman data ini haruslah dibuat berdasarkan data yang diperoleh dalam
langkah analisis.” (Dewa Ketut Sukardi dan Desak Made Sumiati, : 31).
3. Identifikasi Kasus
Tingkah laku seorang peserta didik yang harus dipahami oleh guru. Jikalau
tingkah laku murid itu tidak seperti biasanya di dalam kelas. Maka guru
harus mencari tahu apa permasalahan yang di hadapi peserta
didik. Dengan kata lain juga disebut dengan istilah identifikasi kasus. Menurut
Syahril dan Riska, 1987 “identifikasi kasus yaitu usaha menemukan/menentukan
siswa yang perlu mendapat bimbingan. Cara yang dapat ditempuh untuk mencapai
tujuan ini adalah dengan jalan analisis hasil belajar, analisis karya tulis,
pengisian DPM, observasi, sosiometri, dan sebagainya. (Syahril dan Riska,
1987:86).
Artinya pada
langkah ini, guru mengenali gejala-gejala awal suatu masalah yang dihadapi
siswa. Untuk mengetahui gejala awal tidaklah mudah, karena harus dilakukan
secara teliti dan hati-hati dengan memperhatikan gejala-gejala yang nampak,
itulah yang disebut identifikasi kasus, kemudian dianalisis dan selanjutnya
dievaluasi.
Di dalam situs massofa.wordpress, 2008 menceritakan seorang siswa; “Benin
seorang siswa yang mempunyai prestasi belajar yang bagus, untuk semua mata
pelajaran ia memperoleh nilai diatas rata-rata kelas. Dia juga disenangi
teman-teman maupun guru karena pandai bergaul, tidak sombong, dan baik hati.
Sudah dua bulan ini Benin berubah menjadi agak pendiam, prestasi belajarnyapun
mulai menurun. Sebagai guru Bimbingan Konseling, ibu Heni mengadakan pertemuan
dengan guru untuk mengamati Benin. Dari hasil laporan dan pegamatan yang
dilakukan oleh beberapa orang guru, ibu Heni kemudian melakukan evaluasi
berdasarkan masalah Benin dengan gejala yang nampak. Selanjutnya dapat
diperkirakan jenis dan sifat masalah yang dihadapi Benin tersebut. Karena dalam
pengamatan terlihat prestasi belajar Benin menurun, maka dapat diperkirakan
Benin sedang mengalami masalah ‘kurang menguasai materi pelajaran’. Perkiraan
tersebut dapat dijadikan sebagai acuan langkah selanjutnya yaitu diagnosis.”
(wordpress.com, 2008).
4. Diagnosis
Setelah mengadakan identifikasi kasus atau
dengan arti kata memperkirakan apa yang terjadi pada peserta didik, maka
diadakan analisis masalah yang dihadapi peserta didik atau dengan kata lain
menetapkan “masalah” yang berdasarkan analisis latar belakang yang menjadi
penyebab timbulnya masalah, atau disebut dengan “diagnosis.”
Di dalam situs wikipedia, “diagnosis adalah identifikasi mengenai sesuatu.
Diagnosis digunakan dalam medis, ilmu pengetahuan, teknik, bisnis, dll.”
(wikipedia.com). Sedangkan menurut Dewa Ketut dan Desak Made, Diagnosis adalah
langkah menemukan masalahnya atau mengindentifikasi masalah. (Dewa Ketut
Sukardi dan Desak Made Sumiati,: 31). Selanjutnya Dewa Ketut dan Desak Made
menjelaskan “langkah ini mencakup proses interpretasi data dalam kaitannya
dengan gejala-gejala masalah, kekuatan dan kelemahan siswa. Dalam proses
penafsiran data dalam hubungannya dengan penyebab masalah, peyuluhan haruslah
menentukan penyebab masalah yang paling mendekati kebenaran atau menghubungkan
sebab akibat yang paling logis dan rasional.” (Dewa Ketut Sukardi dan Desak
Made Sumiati,:31).
Dijelaskan oleh Syahril dan Riska Langkah diagnosis atau langkah yang kedua
ini (dalam bukunya) adalah “untuk mengetahui jenis dan sifat kesulitan serta
latar belakang masalah yang dihadapi seseorang. Berdasarkan langkah kedua inilah kita dapat menetapkan apa kira-kira
masalah seseorang serta apa penyebab dari masalah tersebut.” (Syahril dan Riska
Ahmad, 1987:86). Selanjut Syahril dan Riska menjelaskan “Cara yang dapat
ditempuh untuk mencapai tujuan ini adalah dengan jalan analisis hasil belajar,
analisis karya tulis, sosiometri, DPM, PSKB, angket, wawancara, observasi,
pertemuan kasus, dan sebagainya.
Artinya dalam
langkah ini dilakukan kegiatan pengumpulan data mengenai berbagai hal yang
menjadi latar belakang atau yang melatarbelakangi gejala yang muncul. Dalam
situs massofa.wordpress, 2008 masih menceritakan kasus Benin tadi. “Pada kasus
Benin, dilakukan pengumpulan informasi dari berbagai pihak. Yaitu dari orang
tua, teman dekat, guru dan juga Benin sendiri. Dari informasi yang terkumpul,
kemudian dilakukan analisis maupun sistesis dan dilanjutkan dengan menelaah
keterkaitan informasi latar belakang dengan gejala yang nampak. Dari informasi
yang didapat, Benin terlihat menjadi pendiam dan prestasi belajarnya menurun.
Dari informasi keluarga di dapat keterangan bahwa kedua orang tua Benin telah
bercerai. Berdasarkan analisis dan sistesis, kemudian diperkirakan jenis dan
bentuk masalah yang ada pada diri Benin yaitu karena orang tuanya telah bercerai
menyebabkan Benin menjadi pendiam dan prestasi belajarnya menurun, maka Benin
sedang mengalami masalah pribadi.”(wordpress.com, 2008).
B. Menganalisis
Kebutuhan, Tantangan, Dan Masalah Peserta Didik
Setelah melakukan
semua yang berdasarkan di atas, maka seorang konselor melakukan Prognosis,
Pemecahan masalah, penilaian (evaluasi), dan tindak lanjut (follow-up).
1. Prognosis
Menurut Sayhril dan Riska. “Prognosis
merupakan usaha untuk menelaah/mengkaji masalah yang dialami seseorang,
termasuk kemungkinan-kemungkinan yang akan timbul jika masalah itu dibantu,
serta memperkirakan teknik atau jenis bantuan yang akan diberikan kepada orang
yang mengalami masalah tersebut.” (Syahril dan Riska Ahmad, 1987:86). Atau
dengan kata lain menurut Dewa ketut dan Desak Made Prognosis adalah “suatu
langkah mengenai alternatif bantuan yang dapat atau mungkin diberikan kepada
siswa sesuai dengan masalah yang dihadapi sebagaimana yang ditemukan dalam langkah
diagnosis. (Dewa Ketut Sukardi dan Desak Made Sumiati,:32).
2. Pemecahan
masalah/Terapi /Treatment
Menurut Syahril
dan Riska, “langkah ini berupa usaha untuk melaksanakan bantuan ataupun
bimbingan kepada seseorang yang bermasalah, sesuai dengan ketentuan yang telah
dirumuskan pada langkah yang ketiga (Prognosis). Usaha pemecahan ini dapat
dilakukan dalam berbagai bentuk bantuan, antara lain layanan individual,
layanan kelompok, pengajaran perbaikan, pemberian pengajaran dan sebagainya.
(Syahril dan Riska Ahmad, 1987:86-87).
3. Penilaian
(evaluasi)
Menurut Syahril dan Riska, “Yaitu berupa usaha untuk melihat/meninjau
kembali hasil bantuan yang telah dilaksanakan. Langkah ini dapat dilakukan
dengan melihat hasil belajar siswa yang bersangkutan, observasi tingkah laku
sehari-hari dan sebagainya. (Syahril dan Riska Ahmad, 1987:87).
4. Tindak Lanjut
(Folow-Up)
Syahril dan Riska, “Yaitu berupa usaha untuk mengambil tindakan seperlunya
yang akan dilaksanakan sehubungan dengan hasil penilaian yang telah dilakukan.
(Syahril dan Riska Ahmad, 1987:87).
C. Mengetahui
Pemberian Layanan Bimbingan.
Diringkas dari buku Pengantar Bimbingan dan Konseling karangan Drs. Syahril
dan Dra. Riska Ahmad, halaman 87-98.
I. LAYANAN INDIVIDUAL (PERORANGAN)
1. Pendahuluan
Pemberian bantuan
yang diberikan secara individual lebih dikenal dengan istilah konseling
(penyuluhan). Dalam konseling orang yang bermasalah (klien), dibantu secara
individual.
2. Syarat Formal
a. Pendidikan : Seorang konselor hendaknya seseorang yang telah memperoleh
gelar sarjana.
b. Pengalaman : Seorang konselor hendaknya telah mempunyai pengalaman
mengajar atau melaksanakan konseling selama dua tahun
3. Syarat Kepribadian
-Bakat
persekolahan yang cukup baik.-Minat yang cukup besar untuk bekerja dengan orang
lain.-Memiliki kedewasaan emosional. Dan sebagainya.
Menurut Prayitno
(1981) yang dikutip oleh Syahril dan Riska, “keterampilan dimiliki konselor
dalam hubunganya dengan konseling adalah :
*Mampu membina
keakraban (report) dengan kliennya. *Mampu merasakan apa yang menjadi perasaan
klien (empati). *Mampu menjadi pendengar yang baik.
4. Pendekatan
Konseling.
Secara umum 3
macam pendekatan dalam konseling itu:
1.Non directive
(teknik tidak langsung), 2.Directive konseling, dan 3.Konseling .
II. LAYANAN KELOMPOK (BIMBINGAN KELOMPOK)
1. Pendahuluan
Dalam hal ini
masalah setiap siswa dipecahkan melalui situasi kelompok.
2. Jenis Kelompok
a. Kelompok Tugas : Yaitu kelompok yang berdasarkan adanya suatu
tugas yang akan dilaksanakan/diselesaikan.
b. Kelompok bebas : Kelompok yang pada waktu terbentuknya, belum mempunyai tugas yang akan
diselesaikan dalam hal ini, anggota bersama pimpinan kelompok merumuskan
bersama apa-apa yang akan dikerjakan.
3. Anggota Kelompok
*Membantu terbinanya keakraban dalam
kelompok.*Mencurahkan segenap perasaan dalam melibatkan diri dalam
kelompok.*Berusaha agar setiap yang dilakukan untuk membantu tercapainya tujuan
bersama.*Membantu tersusunnya aturan kelompok dan berusaha mematuhinya dengan
baik.*Benar-benar berusaha untuk secara aktif ikut serta dalam seluruh
kelompok.*Mampu berkomunikasi secara terbuka.*Berusaha membantu anggota
lain.*Memberikan kesempatan kepada anggota lain untuk juga memainkan
peranannya. Dan *Menyadari pentingnya kegiatan kelompok.
4. Pemimbing Kelompok
- Peranannya : Merangsang diawalinya kegiatan-kegiatan
kelompok dalam membantu terselenggaranya kegiatan secara baik dan menilai
proses dinamika kelompok.
- Tipe pemimpin yang disenangi :
a. Ikut serta dalam
kegiatan kelompok.
b. Menaruh perhatian
terhadap segala yang terjadi dalam kelompok.
c. Mampu membantu
anggota dalam mengatasi berbagai masalah anggota kelompok, seperti rasa
khawatir, rasa malu, dan sebagainya.
5. Langkah-Langkah
Bimbingan Kelompok
a. Berkumpulnya
sejumlah orang yang akan menjadi anggota kelompok (tahap awal).
b. Pelibatan anggota
dalam kehidupan suatu kelompok (tahap pembentukan), missalnya dengan saling
memperkenalkan diri termasuk pemimpin kelompok.
c. Tahap peralihan.
d. Pelaksanaan
kegiatan. dan
e. Pengakhiran
kegiatan.
6. Penilaian Terhadap
Bimbingan Kelompok
Berhasil tidaknya
kehidupan sebuah kelompok tergantung pada :
*Hubungan yang
dinamis. *Tujuan bersama. *Hubungan besarnya kelompok dengan sifat kegiatan
kelompok. *Itikat dan sikap terhadap orang lain.*Kemampuan mandiri.
III. PENGAJARAN PERBAIKAN
1. Pendahuluan
Remedial Teaching : usaha pemberian bantuan terhadap seseorang siswa yang
mengalami masalah atau kesulitan dalam belajar.
2. Langkah-Langkahnya
a. Penelaahan terhadap status siswa dalam
hubungannya dengan materi pelajaran. Untuk mencapai tujuan langkah ini, ada 3
hal yang perlu dilaksanakan; 1)Tujuan-tujuan
khusus yang diharapkan siswa yang bersangkutan pada saat kesuliatan itu tampak. 2)Teknik-teknik apa yang dapat dipergunakan. 3)Menemukan perbedaan antara tujuan yang diharapkan
dengan perbuatan nyata yang telah dimiliki siswa
b. Perkiraan terhadap sebab-sebab kesulitan belajar
yang di alami siswa tersebut. Ada 3 hal pokok yang perlu dilakukan sehubungan
dengan langkah ini yaitu: 1)Mengetahui serta
menyusun berbagai kemungkinan yang beralasan tentang faktor yang mungkin
merupakan sebab kesulitan belajar siswa. 2)Menilai dan menentukan alasan yang paling tepat atau
yang paling mendekati kenyataan. 3)Menarik kesimpulan
tentang sebab-sebab itu.
c. Pemecahan kesulitan belajar. Langkah ini meliputu 3
hal; 1)Menentukan teknik
yang dapat digunakan untuk membantu memecahkan kesulitan belajar. 2)Memilih teknik penilaian yang paling tepat digunakan
untuk menilai sejauh mana keberhasilan pemecahan kesulitan tersebut. 3)Menelaah hasil penilaian tersebut terhadap cara
pemecahan kesulitan belajar yang telah dilakukan.
IV. PEMBERIAN PENGAYAAN
1. Pengertian
Pengayaan merupakan suatu bentuk bantuan yang diberikan kepada siswa yang
cepat dalam belajar. Siswa cepat belajar adalah siswa yang cepat dalam menerima
pelajaran yang diberikan kepadanya.
2. Jenis Pengayaan
a. Penyediaan bahan bacaan yang ada sangkut pautnya
dengan topik yang sedang dipelajari.
b. Penyediaan mata pelajaran pilihan di luar mata
pelajaran wajib.
c. Penyediaan labor, work shorp, dan sebagainya.
d. Penyediaan program pengajaran individual.
2. Langkah-Langkahnya
1. Menemukan siswa
yang perlu memperoleh program pengayaan.
2. Memberikan
informasi kepada sekolah misalnya oleh konselor pendidikan sehubungan dengan
siswa yang cepat belajar.
3. Pemberian bantuan
(jenis-jenis pengayaan) sesuai dengan kebutuhan siswa yang bersangkutan serta
program pengayaan yang disediakan sekolah.
V. PEMBERIAN INFORMASI
1. Pendahuluan
Pemberian
informasi merupakan sejenis bantuan terhadap masalah yang diperkirakan akan
dialami oleh seorang/sekelompok siswa.
Informasi yang
akan diberikan meliputi:
a. Kehidupan sekolah
yang sedang mereka tempati misalnya tentang kurikulum sekolah, jurusan-jurusan
yang ada di sekolah, peraturan-peraturan sekolah dan sebagainya.
b. Kehidupan sekolah/perguruan tinggi yang mungkin dimasuki siswa; misalnya
tentang kehidupan di perguruan tinggi, syarat-syarat memasuki perguruan tinggi,
fakultas/jurusan yang tersedia.
2. Langkah-Langkah
Pemberian Informasi
a. Menemukan
masalah-masalah serta penyebab-penyebab masalah yang memerlukan pemberian
informasi, misalnya adanya kenyataan bahwa banyak diantara siswa yang mengeluh
karena mereka merasa jurusan yang mereka pilih tidak sesuai dengan minat,
bakat, dan kemampuan serta cita-cita hidup mereka.
b. Memberikan bantuan
atau informasi sesuai dengan apa yang mereka butuhkan.
KESIMPULAN DAN PENUTUP
Dalam buku Dewa ketut dan Desak Made
menjelaskan, mengenai seorang konselor yang menyikapi keseluruhan masalah-masalah
atau keluhan-keluhan yang di hadapi siswa-siswa (berkelompok) di sekolah.
Sedangkan dalam buku Syahril dan Riska Ahmad, seorang konselor yang menyikapi
seorang siswa (individu) yang mulai bermasalah, namun dalam pembahasan mengenai
teknik pemberian layanan bimbingan tidak terlepas dari seorang konselor yang
menyikapi keluhan-keluhan semua siswa (kelompok).
Setiap guru dalam proses belajar dan mengajar di dalam kelas, minimal
mengetahui ilmu tentang konselor termasuk itu mengetahui langkah-langkah bimbingan
dan konseling (penyuluhan), agar proses belajar dan mengajar berjalan dengan
baik dan cita-cita bangsa ini pun tercapai. Walaupun guru tersebut bukan
lulusan dari bimbingan dan konseling. Minimal mengetahui cara mengatasi siswa
yang bermasalah dalam kelas ketika jam pelajarannya.
Demikianlah makalah yang kami susun ini,
semoga makalah yang kami susun ini bermanfaat bagi kita semua, terutama bagi
kita calon pendidik yang nantinya akan terjun ke dunia pendidikan.
Kritik dan saran kami harapkan dari pembaca agar ke depan dalam penyusunan
makalah lebih baik dari yang sekarang ini.
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Diagnosis, Dalam situs
http://id.wikipedia.org/wiki/Diagnosis, dikunjungi 22 Februari 2011
Dewa Ketut Sukardi dan Desak Made Sumiati, Pedoman Praktis
Bimbingan Penyuluhan Di Sekolah, Jakarta: Rineka
Cipta
Syahril dan Riska Ahmad, Pengantar Bimbingan dan Konseling, Padang: Angkasa raya
padang, 1987
Pakde sofa, “Langkah-langkah dalam Memberikan Bimbingan
Konseling di Sekolah”, http://massofa.wordpress.com, 30 Oktober 2008
No comments:
Post a Comment