Makalah
Pengembangan Sains Dan Teknologi Dalam Prespektif Islam
Oleh Herif De Rifhara
KATA PENGANTAR
Segala puji dan
syukur hanya bagi Allah SWT.karena berkat rahmat dan nikmat-Nya lah kami dapat
menyusun dan menyelesaikan makalah ini.
Shalawat dan salan tidak lupa pula kita kirimkan buat
junjungan alam, yakni nabi Muhammad SAW.
Penyajian makalah ini bertujuan untuk mempermudah kita
dalam memahami dan mempelajari tentang
Pengembangan Sain dan Teknologi dalam perspektif Islam.
BAB I
PENDAHULUAN
Tolak
ukur era modern ini adalah sains dan teknologi. Sains dan teknologi mengalami
perkembangan yang begitu pesat bagi kehidupan manusia. Dalam setiap waktu para
ahli dan ilmuwan terus mengkaji dan meneliti sains dan teknologi sebagai
penemuan yang paling canggih dan modern. Keduanya sudah menjadi simbol kemajuan
pada abad ini. Oleh karena itu, apabila ada suatu bangsa atau negara yang tidak
mengikuti perkembangan sains dan teknologi, maka bangsa atau negara itu dapat
dikatakan negara yang tidak maju dan terbelakang.
Islam tidak
pernah mengekang umatnya untuk maju dan modern. Justru Islam sangat mendukung
umatnya untuk melakukan research dan bereksperimen dalam hal apapun, termasuk
sains dan teknologi. Bagi Islam sains dan teknologi adalah termasuk ayat-ayat
Allah yang perlu digali dan dicari keberadaannya. Ayat-ayat Allah yang tersebar
di alam semesta ini, dianugerahkan kepada manusia sebagai khalifah di muka bumi
untuk diolah dan dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya.
Pandangan Islam
tentang sains dan teknologi dapat diketahui prinsip-prinsipnya dari analisis
wahyu pertama yang diterima oleh Nabi Muhammad saw.
“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu
yang Menciptakan, Dia Telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah,
dan Tuhanmulah yang Maha pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaran
kalam, Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. (QS.
Al-'alaq: 1-5)”
Peradaban Islam
pernah memiliki khazanah ilmu yang sangat luas dan menghasilkan para ilmuwan
yang begitu luar biasa. Ilmuwan-ilmuwan ini ternyata jika kita baca, mempunyai
keahlian dalam berbagai bidang. Sebut saja Ibnu Sina. Dalam umurnya yang sangat
muda, dia telah berhasil menguasai berbagai ilmu kedokteran. Mognum opusnya al-Qanun fi al-Thib menjadi sumber rujukan utama di berbagai Universitas Barat.
Selain Ibnu
Sina, al-Ghazali juga bisa dibilang ilmuwan yang representatif untuk kita sebut
di sini. Dia teolog, filosof, dan sufi. Selain itu, dia juga terkenal sebagai
orang yang menganjurkan ijtihad kepada orang yang mampu melakukan itu. Dia juga
ahli fiqih. Al-Mushtasfa adalah bukti keahliannya dalam bidang ushul fiqih.
Tidak hanya itu, al-Ghazali juga ternyata mempunyai paradigma yang begitu
modern. Dia pernah mempunyai proyek untuk menggabungkan, tidak mendikotomi ilmu
agama dan ilmu umum. Baginya, kedua jenis ilmu tersebut sama-sama wajib dipelajari
oleh umat Islam.
Adapun kondisi
umat Islam sekarang yang mengalami kemunduran dalam bidang sains dan teknologi
adalah disebabkan oleh berbagai hal. Sains Islam mulai terlihat kemunduran yang
signifikan adalah selepas tahun 1800 disebabkan faktor eksternal seperti
pengaruh penjajahan yang dengan sengaja menghancurkan sistem ekonomi lokal yang
menyokong kegiatan sains dan industri lokal. Contohnya seperti apa yang terjadi
di Bengali, India, saat sistem kerajinan industri dan kerajinan lokal dihancurkan
demi mensukseskan “revolusi industri” di Inggris.
Sains dan
teknologi adalah simbol kemodernan. Akan tetapi, tidak hanya karena modern,
kemudian kita mengabaikan agama sebagaimana yang terjadi di Barat dengan
ideologi sekularisme. Karena sains dan teknologi tidak akan pernah bertentangan
dengan ajaran Islam yang relevan di setiap zaman.
Di dunia Islam,
ilmu pengetahuan modern mulai menjadi tantangan nyata sejak akhir abad ke-18,
terutama sejak Napoleon menduduki Mesir pada 1798 dan makin meningkat setelah
sebagian besar dunia Islam menjadi wilayah jajahan atau pengaruh Eropa.
Serangkaian peristiwa kekalahan berjalan hingga mencapai puncaknya dengan
jatuhnya Dinasti Usmani di Turki. Proses ini terutama disebabkan oleh kemajuan
teknologi militer Barat.
Ketika sains dan
teknologi Muslim tertinggal dari Eropa dan berusaha mengejar ketertinggalan itu
maka timbulah dua sikap, yaitu merumuskan sikap terhadap perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi peradaban Barat modern, serta sikap terhadap tradisi
Islam. Kedua unsur ini masih mewarnai pemikiran Muslim hingga kini.
Saat ini sains
teknologi telah dikuasai dunia Barat yang jelas-jelas ingin menghancurkan umat
Islam, seperti yang dilakukan oleh Israel terhadap Palestina. Karena teknologi
yang tidak dilandasi dengan akhlakul kharimah akan menjadi penghancur dan
merusak bumi. Padahal Islam sejak turunnya kitab suci Al Qur’an dan diutusnya
Nabi Muhammad saw. sebagai Rasulullah. Menunjukkan bahwa teknologi yang
terkandung di dalam kitab suci Al-Qur’an akan membawa rahmat bagi segenap umat
di muka bumi ini.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Sain
Menurut Kamus
Bahasa, sains adalah ilmu pengetahuan yang teratur (sistematik)yang boleh diuji
atau dibuktikan kebenarannya. Ia juga merupakan cabang ilmu pengetahuan
yang berdasarkan kebenaran atau kenyataan semata-mata, misalnya sainsfisika,
kimia, biologi, astronomi, termasuk-lah cabang-cabang yang lebih detil lagi
sepertihematologi (ilmu tentang darah), entomologi, zoologi, botani,
cardiologi, metereologi (ilmutentang kajian cuaca), geologi, geofisika,
exobiologi (ilmu tetang kehidupan di angkasaluar), hidrologi (ilmu tentang
aliran air), aerodinamika (ilmu tentang aliran udara) dan lain-lain.
B. Pengertian
Teknologi
Teknologi adalah
kemampuan teknik dalam pengertiannya yang utuh dan menyeluruh, bertopang kepada
pengetahuan ilmu‑ilmu alam yang bersandar kepada proses teknis tertentu.
Sedangkan teknik adalah pengetahuan dan kepandaian membuat sesuatu yang
berkenaan dengan hasil industri (bangunan, mesin dsb).
Istilah teknik,
berasal dari bahasa Yunani teknikos, artinya dibuat dengan keahlian. Secara luas, teknik
adalah semua manifestasi dalam arti materiil yang lahir dari daya cipta manusia
untuk membuat segala sesuatu yang bermanfaat guna mempertahankan kehidupan.
Dalam arti
klasik teknik adalah ilmu pengetahuan dalam pengertian luas, yang bertopang
kepada ilmu‑ilmu alam dan eksakta yang mewujudkan ilmu‑ilmu : perencanaan,
konstruksi, pengamanan, utilitas, tepat guna, dan sebagainya dari semua
bangunan teknik, sipil maupun militer.
Teknik sipil
seperti gedung, kereta api, jalan raya, jembatan-jembatan, saluran air,
bendungan, pelabuhan, lapangan terbang, bangunan, mesin, serta segala peralatan
yang digunakan bagi kepentingan manusia di darat, laut dan udara. Teknik
militer seperti : konstruksi perbentengan, mesin‑mesin untuk peperangan,
bangunan pertahanan dan persenjataan serta peralatan peperangan. Kemudian
timbul teknik mesin secara terpisah untuk merencanakan dan membuat mesin-mesin.
Pengertian
teknik modern, meliputi lapangan-lapangan aeronautika, pertanian, kimia, sipil,
elektro, geologi, industri mesin-mesin, ilmu logam, fisika dan lain-lain.
Teknik bahkan meliputi bidang industri, manajemen, perekonomian, kedokteran,
pengobatan, fisika nuklir, kebudayaan, kesenian, politik dan sosiologi
(misalnya: social engineering).
1. Teknologi
Sebagai Penerapan Sains
Teknologi adalah
penerapan sains secara sistematik untuk memanfaatkan alam di sekelilingnya dan
mengendalikan gejala-gejala yang dapat dikemudikan manusia dalam proses
produktif dan ekonomis. Istilah sains berasal dari science yang merupakan
penyebutan kelompok ilmu-ilmu pasti alam yang sangat erat kaitannya dengan
penerapannya dalam bentuk teknologi. Sains dikembangkan untuk mempertahankan
hidup, untuk mempermudah pekerjaan, atau untuk memperlancar hubungan dengan
sesama manusia.
Munculnya sains
dimulai dari adanya keingintahuan manusia akan segala sesuatu yang ada di
hadapannya. Keingintahuan itu muncul karena adanya energi listrik, baik yang
terdapat di dalam benda (objek) maupun yang ada di dalam diri manusia sendiri
(sebagai subjek). Pengetahuan yang disusun cara sistematis dengan metode
tertentu itulah yang kemudian disebut sebagai ilmu pengetahuan.
Ilmu Pengetahuan
yang terdiri dari kata ilmu (science) dan pengetahuan (knowledge) merupakan
suatu proses menemukan kebenaran pengetahuan. Karena. itu, ilmu pengetahuan
harus mempunyai sifat ilmiah, yaitu pengetahuan yang diperoleh secara metodis,
sistematis dan logis.
Metodis
maksudnya adalah bahwa pengetahuan itu diperoleh dengan cara kerja yang
terperinci, baik yang bersifat induktif maupun deduktif, sesuai dengan tahapan‑tahapan
metode ilmu, misalnya dimulai dengan (1) observasi, (2) perumusan masalah, (3)
pengumpulan dan pengklasifikasian data, (4) membuat generalisasi, (5) perumusan
hipotesis, dan (6) membuat verifikasi.
Metode berasal
dari, kata Yunani Hodos yang berarti cara atau jalan. Tujuan ilmu pengetahuan
adalah memperoleh kebenaran. Dengan demikian, metode ilmu dapat diartikan
sebagai jalan atau cara untuk memperoleh kebenaran. Sistematis maksudnya,
pengetahuan tersebut merupakan suatu keseluruhan yang mandiri dari hal‑hal yang
saling berhubungan sehingga dapat dipertanggung‑jawabkan. Logis artinya bahwa
proposisi atau pernyataan yang satu dengan yang lain mempunyai hubungan yang
rasional sehingga dapat ditarik suatu kesimpulan yang rasional. Membuat
verifikasi maksudnya adalah melakukan pengujian terhadap kebenaran ilmu
pengetahuan tersebut. Karena itulah, ilmu pengetahuan mempunyai ciri dapat memprediksi
atau meramalkan apa yang akan terjadi, dapat menghasilkan suatu kesimpulan yang
bersifat umum, dan dapat dibantah atas dasar pengamatan dan pemeriksaan.
Dapat diramalkan
apa yang akan terjadi karena ilmu pengetahuan adalah hasil pemikirandan pengamatan
manusia terhadap alam semesta yang tersusun padanya hukum-hukum Allah yang
bersifat tetap, pasti, dan tidak berubah dan seimbang. Hukum-hukum Allah yang
diberlakukan pada alam ini dikenal dengan “sunnatullah” atau hukum alam. Tetapi
bukanlah hukum alamsebagai yang dipahami oleh kalangan materialisme, bahwa
hukum-hukum itu secara mekanis dan otomatis berlaku pada alam serta ada dengan
sendirinya tanpa ada yang menciptakannya.
Sebagai suatu
contoh, yang dihasilkan oleh pengamatan dan percobaan yang berkali-kali, jika
air dipanaskan hingga 100 derajat C pasti akan mendidih. Maka dapat disimpulkan
bahwa air yang dipanaskan 100 derajat akan mendidih. Meskipun dapat
menghasilkan kesimpulan umum, namun kesimpulan tersebut dapat dibantah.
Jika terjadi pembuktian yang lain. Artinya, hukum-hukum yang diberlakukan oleh
Sang Pencipta di alam ini bersifat pasti, dan seimbang, tiada cacat, tapi ilmu
manusia sebagai hasil penyelidikannya terhadap ilmu Allah itu, memiliki
kebenaran yang nisbi atau relatif bisa benar di suatu masa, tapi di masa lain
dapat saja salah. Demikian juga ramalan, seperti ramalan cuaca umpamanya, tidak
bersifat pasti, bisa benar dan bisa pula salah.
2. Teknologi
Sebagai Alat
Mulanya manusia
makan apa yang ada disekitarnya, sebagai pemberian alam tanpa
mengolahnya, seperti buah liar di hutan, daun-daunan, dan hewan-hewan yang bisa
ditangkap tanpa alat dan memakannya tanpa dimasak. Lama-lama, manusia berpikir
dan menemukan alat sederhana dari pecahan batu untuk menangkap hewan dan
menemukan api untuk memasak daging. Dalam proses yang lama sekali, baru
ditemukan alat memasak sederhana, dan setelah manusia maju, banyak ditemukan
alat-alat yang praktis untuk menghantar panas, sehingga memasak makanan dapat
dilakukan dengan mudah dan cepat. Sumber panas yang mulanya hanya api, setelah
ditemukan listrik banyak alat ditemukan untuk mengolah beraneka macam
kebutuhan, bukan saja untuk urusan makan dan minum, bahkan penerangan,
elektronik, otomotip, dsb.
Dalam rangka
mengembangkan ilmu pengetahuan misalnya, manusia mulanya hanya memperoleh
pengetahuan dengan melihat, mendengar, dan mengalami apa yang ada dan terjadi
di sekitarnya. Kadang-kadang ia belajar dari hewan untuk melakukan dan
memecahkan sesuatu persoalan yang rumit. Kadang seseorang dalam keadaan
terdesak dapat menemukan suatu jalan untuk mengatasinya yang kemudian dapat
ditiru atau diajarkannya kepada yang lain. Tapi banyak pula cara yang
ditemukan oleh gabungan pemikiran banyak orang dalam kelompoknya, sehingga
dapat kita temukan beraneka cara yang berbeda‑beda dalam masyarakat tertentu
dalam mengatasi suatu persoalan yang sama.
Manusia dalam
berkomunikasi antara sesama kelompok dan kemudian dengan kelompok lain, mulanya
hanya dengan isyarat, kemudian dengan kata‑kata sederhana, dan seterusnya
manusia mulai menggunakan sandi‑sandi atau gambar‑gambar binatang sebagai
permulaan berkomunikasi dengan tulis.
Setelah
masyarakat manusia mulai banyak, dan kebutuhan berkomunikasi dengan berbagai
kelompok diperlukan, digunakanlah alat tulis sederhana dengan bahan kertas dari
daun, pelepah pohon, dan tulang-tulang, sebagai ganti dari cadas di dinding
gua, dan lempingan batu. Alat tulis, mulanya sederhana pula diambil dari batu
lunak, atau arang, ,dan kemudian ditemukan pena dari bulu ayam, atau bulu angsa.
Kini setelah melalui proses panjang telah diproduksi beraneka macam pena, mesin
tik, mesin cetak, dan bahkan sekarang ini komputer dan bahkan cetak jarang
jauh.
Demikianlah
proses panjang harus dilalui yang akhirnya di zaman teknologi ini berbagai alat
ditemukan yang semuanya bermula dari penemuan-penemuan ilmu pengetahuan dengan
dalil-dalilnya yang pasti, sehingga dapat diterapkan dalam bentuk teknologi
nyata berupa alat-alat yang dapat mempermudah kehidupan umat manusia.
C. Islam memandang teknologi
Salah satu
karakteristik Islam yang membedakan dengan ajaran lainnya adalah syumul. Islam adalah agama samawi yang menjamah
seluruh aspek-aspek kehidupan. Sifatnya yang menyeluruh membuat tidak ada sudut
sekecil apapun yang tidak dapat disentuh oleh nilai-nilai Islam. Begitu pula
dengan teknologi, dalam hal ini Islam juga berperan besar dalam kemajuannya,
pengembangannya, sampai pada pengawasannya. Salah besar jika kita meganggap
teknologi bukan bagian dari Islam ataupun Islam tidak membahas mengenai
teknologi.
Islam tidak
hanya mengajarkan ilmu-ilmu keagamaan seperti tafsir, hadist, fiqh, dan yang
lainnya. Islam juga mencakup segala ilmu yang ada, mulai dari bakteri terkecil
hingga pergerakan semesta alam melalui ilmu astronominya. Bahkan telah banyak
ahli-ahli keilmuan Islam ataupun teori-teori ilmuan Islam yang menjadi dasar
atau panduan bagi ilmuan-ilmuan Eropa. Namun tidak saat ini, Islam telah
kehilangan ruh keislamannya, umat saat ini telah lupa akan hal ini, mereka
terlalu sibuk memikirkan diri sendiri, memikirkan ibadah vertikal saja.
Teknologi saat ini sudah tidak mencerminkan nilai-nilai keislaman yang dulu
dilahirkan para ilmuan kita. Bahkan sudah banyak kita lihat teknologi yang
disalahgunakan manfaatnya dimana-mana.
Inilah
permasalahan dalam dunia teknologi kita. Dimana dengan adanya teknologi justru
menimbulkan ketidakseimbangan lingkungan di sekitar kita. Hal ini terjadi saat
teknologi telah keluar dari fungsi dan manfaat sebenarnya. Hal ini terjadi saat
moral-moral para pembuat ataupun pengguna telah mengalami kemerosotan. Mereka
terlalu tamak sehingga memakai teknologi sebagai alat pemuas mereka tanpa
memikirkan dampaknya.
Sudah saatnyalah
kita mengembalikan teknologi pada jalur yang sebenarnya. Jalur dimana Islam
secara menyeluruh ataupun nilai-nilainya tertanam kuat dalam dunia teknologi
kita. Sebuah Islamisasi ilmu dan pengetahuan kiranya dapat menjadi obat untuk
permasalahan diatas. Bukanlah tidak mungkin untuk menerapkan sebuah konsep
Islam dalam dunia teknologi bukan hanya sebagi pengerem kerusakan yang lebih
banyak ditimbulkannya, tetapi juga demi terwujudnya kebangkitan umat islam.
Kunci utamanya terletak pada
manusia-manusianya, pada kader-kader kita, pemuda-pemuda yang nantinya akan
banyak berperan di bidangnya masing-masing. Diharapkan, kita tidak hanya
mempelajari ilmu keduniannya saja, ilmu keilmiahan, teknologi, ataupun
sejenisnya. Perlu pula sebuah pendalaman terhadap aqidah kita, perbaikan
terhadap akhlak, serta ilmu keislaman lainnya secara menyeluruh. Ataupun
sebaliknya, jangan sampai kita terlena, tersibukkan pada penghambaan diri kita
kepada Yang Maha Esa sampai-sampai kita melupakan ilmu-ilmu yang akan
bermanfaat bagi kemaslahatan umat di dunia.
D. Islam
dan pengembangan ilmu pengetahuan
Agama Islam
bersumber dari wahyu Allah SWT sehingga memberikan dasar-dasar pedoman yang
obyektif yang berlaku umum (universal) bagi seluruh umat manusia di muka
bumi, sedangkan ilmu pengetahuan bersumber dari pikiran manusia yang disusun
berdasarkan hasil penyelidikan alam. Ilmu pengetahuan bertujuan mencari
kebenaran ilmiah yaitu kebenaran yang sesuai dengan kaidah-kaidah ilmiah.
Menurut ukuran
nilai-nilainya bersifat transcendental. Artinya nilai-nilainya tidak hanya diukur menurut tuntutan hidup manusia di
dunia semata, melainkan juga tuntutan hidup setelah mati. Antara nilai-nilai
untuk kehidupan manusia sebagai hamba Allah dengan nilai-nilai di alam akhirat.
Dengan demikian, jangkauan nilai-nilai agama itu jauh hingga mencapai kehidupan
di alam abadi. Sebagai contoh dapat dikemukakan bahwa apabila kita melaksanakan
perintah dan menjauhi larangan Tuhan, seperti telah ditetapkan dalam kitab
suci-Nya, maka berarti kita merealisasikan ketentuan nilai-nilai hidup selaku
hamba Allah. Dengan demikian, Allah akan memberikan balasan pahala yang
mengandung nilai-nilai kebahagiaan di alam akhirat nanti
Islam bukan
hanya terbuka terhadap pembaharuan yang dilakukan ilmu pengetahuan, melainkan
juga mendorong dicapainya kemajuan bidang tersebut. Dorongan ke arah penguasaan
ilmu pengetahuan dapat dilihat dengan banyaknya firman Allah SWT yang
menganjurkan manusia untuk memahami alam. Alam adalah ciptaan Allah yang
menjadi obyek ilmu pengetahuan. Misal dapat kita lihat pada firman Allah
dibawah ini;
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan
bumi, silih bergantinya malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa
apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa
air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati (kering)-nya dan Dia
sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang
dikendalikan antara langit dan bumi; sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaan
dan kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan” (Qs. Al- Baqarah:164).
“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya
ialah menciptakan langit dan bumi dan berlain-lainan bahasamu dan warna
kulitmu. Sesungguhnya pada yang demikan itu benar-benar terdapat tanda-tanda
bagi orang-orang yang mengetahui. Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah
tidurmu di waktu malam dan siang hari dan usahamu mencari sebagian dari
karuniaNya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat
tanda-tanda bagi kaum yang mendengarkan” (Qs. Ar- Rum:22-23).
Islam dengan
kitab suci Al-Qur’an mendorong umat manusia berfikir dan menyelidiki rahasia
kebesaran Tuhan melalui sekitar 300 buah ayat kalimat-kalimat-Nya. Oleh karena
itu, dapat dikatakan bahwa ajaran agama demikian itu tidak lain adalah suatu
agama untuk berilmu. Ilmu yang mendorong Islam adalah ilmu pengetahuan duniawi
dan ukhrawi yang saat sekarang telah dijabarkan menjadi berbagai jenis ilmu
pengetahuan seperti ilmu-ilmu yang termasuk kelompok sosial dan ilmu-ilmu
natural (alam). Sedangkan yang dijadikan objek penelitian dan pengembangan
ilmu-ilmu tersebut adalah diri manusia sendiri, baik orang perorangan maupun
kelompok, serta kenyataan alam semesta yang penuh rahasia kebesaran Tuhan.
Sesungguhnya
Islam bukan sebagai agama untuk akhirat semata, melainkan juga agama untuk
peradaban umat manusia secara menyeluruh, yang mengandalkan kekuatan akal-budi
untuk menghasilkan berbagai jenis ilmu pengetahuan. Islam mengajarkan tentang
perlunya manusia mempergunakan akal kecerdasan untuk meraih kemajuan baik di dunia
maupun di akhirat dengan berlandaskan ilmu pengetahuan. Nabi bersabda;
Artinya: “Barang siapa menghendaki hidup duniawi, haruslah dengan ilmu; dan
barangsiapa menghendaki hidup ukhrawi haruslah dengan ilmu; barangsiapa
menghendaki keduanya haruslah dengan ilmu”
Dengan demikian
jelaslah bahwa semua bidang pekerjaan, profesi, dan keahlian, manusia wajib
memperjuangkan demi kemajuan masing-masing bidang sesuai yang digelutinya, yang
bertolak dari disiplin ilmu masing-masing. Demikian ini merupakan hakikat hidup
di dunia, tanpa ilmu pengetahuan seseorang tidak akan dapat memperoleh puncak
keberhasilan.
E. Motivasi Islam Dalam Pengembangan Teknologi
Dalam rangka
tugas kekhalifahannya, manusia terus berupaya dan berusaha mencari tahu
bagaimana cara memanfaatkan alam yang terhampar luas ini. Bukanlah Allah telah
menyediakan alam semesta untuk manusia. Bersumber pada ayat-ayat (tanda-tanda
kekuasaan dan kebesaran) Allah SWT di alam raya ini, akal manusia melahirkan
banyak sekali cabang ilmu-ilmu kealaman yang terkait dengan benda-benda
mati seperti ilmu astronomi, fisika, biologi, kimia dan lain-lain.
Jika menurut
batasan bahwa teknologi adalah hal yang berkaitan dengan cara menerapkan sains
untuk memanfaatkan alam bagi kesejahteraan dan kenyamanan manusia, mengundang
kita untuk menengok kepada sekian banyak ayat Al‑Qur’an yang berbicara tentang
alam raya. Sekitar 750 ayatnya berbicara tentang alam raya dan fenomenanya.
Berulang‑ulang Al-Qur’an menyatakan bahwa alam raya ini diciptakan dan
ditundukkan (sakhkhara) oleh Allah untuk manusia.
Artinya
: “Dan Dia menundukkan untukmu apa yang ada di langit dan di bumi semuanya,
(sebagai rahmat) dari‑Nya. Sesungguhya pada yang demikian itu benar‑benar
terdapat tanda‑tanda (kekuasaan) Allah bagi kaum yang berpikir”. (QS. al‑Jatsiyah
(45) : 13).
Secara jelas Allah berfirman di dalam QS.
Al-Ra’du (13): 2-3).:
Artinya:
Allah-lah yang meninggikan langit tanpa
tiang (sebagaimana) yang kamu lihat, kemudian Dia bersemayam dan alas Arsy, dan
menundukkan matahari dan bulan. Masing-masing beredar hingga waktu yang
ditentukan. Allah mengatur urusan (makhluk-Nya), menjelaskan tanda-tanda
(kebesaran-Nya), supaya kamu meyakini pertemuan (mu) dengan Tuhanmu. Dan
Dia-lah Tuhan yang membentangkan bumi dan menjadikan gunung-gunung dan
sungai-sungai padanyaa. Dan menjadikan padanya semua buah-buahan
berpasang-pasangan, Allah menutupkan malam kepada siang. Sesungguhnya pada yang
demikian itu terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan.
Alam ditundukkan
bagi manusia bila manusia menguasai ilmu tentang aturan hukum-hukum yang
diperlakukan Allah kepada alam semesta, apa yang kita kenal dengan sunnatullah.
Sunnatullah bukanlah “hukum alah” yang secara otomatis berlaku dengan
sendirinya secara alamiah tanpa ada yang menciptakannya, melainkan hukm itu ada
bersamaan dengan penciptaannya oleh Yang Maha Pencipta:
Artinya: “Dan Dia telah menciptakan segala sesuatu, dan Dia menetapkan
ukuran-ukurannya dneganserapi-rapinya”. (QS. Al-Furqan (25):2)
Hukum‑hukum itu
diciptakan Penciptanya bersamaan dengan penciptaan alam. Segala sesuatu di alam
ini memiliki ciri dan hukum‑hukumnya tersendiri. Alam semesta ini juga sangat
nyata berjalan dengan kokoh, rapi dan harmonis. Apa sebabnya? Dengan
penyelidikan‑penyelidikan yang teratur dan terarah, yang diikuti dengan
pengolahan yang seksama terhadap data-data yang diperoleh, maka orang telah
banyak menemukan apa yang dinamakan hukum‑hukum alam yang secara disiplin telah
ditaati oleh semua benda. sebagai makhluk‑Nya di alam ini. Hal ini dinyatakan
oleh Allah dalam firman‑Nya.
Artinya: “…
padahal kepada‑Nya lah menyerahkan diri segala apa yang di langit dan di bumi,
baik dengan suka maupun terpaksa dan hanya kepada Allah‑lah mereka
dikembalikan”. (QS. Ali Imran (3) : 83).
Tak dapat
diragukan lagi, bahwa ketaatan yang demikian itulah yang menyebabkan alam ini
selalu tegak dengan kokoh, rapi dan harmonis. Setelah kita beriman kepada
Allah, maka menjadi mudah bagi kita untuk menerima, bahwa hukum‑hukum alam ini
adalah sunnatullah atau
aturan Allah yang telah diciptakan dan diberlakukan bagi makhluk‑Nya yang
tidak berubah‑ubah sebagaimana dinyatakan dalam firman‑Nya.
Artinya: “Maka sekali-kali kamu tidak akan mendapat penggantian bagi sunnatullah,
dan sekali-kali tidak (pula) akan menemui penyimpangan bagi sunnatullah itu”
(QS. Fathir (35): 43).
Dengan demikian
maka ketaatan pada hukum-hukum itu pada hakekatnya adalah ketaatan pada Allah
sendiri, karena hukum dantata gerak segala benda di alam ini tidak lain dari
ciptaan Allah jua, yang mencerminkan kehendak-Nya, sehingga dapat diambil
konklusi bahwa alam semesta ini mempunyai sifat umum (general property) berupa
ketaatan kepada Allah. Sifat ini sebenarnya sangat penting untuk menjadi
pelajaran bagi manusia, karena manusia pun yang merupakan bagian dari makhluk
sama halnya dengan alam ini, juga wajib mempunyai sifat ketaatan kepada
Pencipta-Nya. Kalau tidak, maka hal itu merupakan pelanggaran yang sangat
membahayakan bagi kehidupan manusia sendiri. Inilah salah satu makna yang
terkandung dalam firman‑Nya yang mempertanyakan keingkaran manusia meskipun dia
diberikan kebebasan.
Namun manusia
dari sisi lain berbeda, karena manusia telah diberikan potensi akal,
pancaindera, dan kekuatan untuk mengembangkan ilmu pengetahuannya serta
menerapkannya menjadi nyata dalam teknologi. Kelebihan ini memberi manusia
kesempatan untuk mengelola alam, bahkan ada kemampuan manusia untuk merubah dan
melawan alam dengan mempelajari gerak dan sifat hukum alam itu sendiri.
Inilah bedanya
manusia dengan makhluk lainnya, sehingga dengan akal pikirannya, dan kekuatan
fisik serta pancainderanya dapat mengolah dan mendayagunakan hukum‑hukum alam
ini menjadi sesuatu yang berguna. Sebagai contoh, air yang menurut hukum
alamnya senantiasa mengalir ke bawah, dengan kekuatan pikirannya manusia telah
menemukan cara dan alat untuk menggerakkan dan memancarkan air ke atas.
Berbagai kekuatan yang nampaknya bahaya bagi manusia, dan dahulu disembah dan
dipuji, kini manusia setelah mempelajari hukum-hukum alam itu, dapat menemukan
berbagai alat hasil teknologi, yang memberikan kemudahan bagi manusia. Manusia
umpamanya telah menemukan pembangkit listrik bertenaga air, uap, angin,
bahkan arus dan gelombang laut.
Karena manfaat
ilmu dan teknologi, banyak segi kehidupan ini menjadi mudah. Dahulu untuk
mengetahui waktu shalat umpamanya, umat Islam melihat kedudukan matahri
langsung dengan mata kepala, akan banyak didapati banyak kesulitan umpamanya
cuaca buruk, atau di tengah hutan atau di dalam tempat tertutup. Tapi sekarang
cukup melirik posisi jarum jam yang melekat di pergelangan tangan. Untuk
mengetahui kabar berita dari tempat yang jauh, dahulu orang harus berjalan
berkilo-kilo meter tetapi dengan kemajuan teknologi, kini orang cukup
mengangkat telepon, malah telepon digenggaman tangan, sehingga berapapun
jauhnya berita akan disampaikan, dapat segera dikirim saat itu juga.
Penemuan-penemuan
hukum alam yang tersebar di alam semesta ini pada gilirannya menggerakkan iptek
lebih maju lagi di berbagai bidang, baik listrik, mekanik, elektronik,
komunikasi, transportasi, penerbangan, bangunan, arsitektur dan lain
sebagainya.
F. Peran Islam Dalam Perkembangan Ilmu Pengetahuan Dan Teknologi
Peran Islam
dalam perkembangan iptek pada dasarnya ada 2 (dua). Pertama,
menjadikan Aqidah Islam sebagai paradigma ilmu pengetahuan. Paradigma inilah
yang seharusnya dimiliki umat Islam, bukan paradigma sekuler seperti yang ada
sekarang. Paradigma Islam ini menyatakan bahwa Aqidah Islam wajib dijadikan
landasan pemikiran (qaidah fikriyah) bagi seluruh bangunan ilmu pengetahuan.
Ini bukan berarti menjadi Aqidah Islam sebagai sumber segala macam ilmu
pengetahuan, melainkan menjadi standar bagi segala ilmu pengetahuan. Maka ilmu
pengetahuan yang sesuai dengan Aqidah Islam dapat diterima dan diamalkan,
sedang yang bertentangan dengannya, wajib ditolak dan tidak boleh diamalkan.
menjadikan Aqidah Islam sebagai paradigma ilmu pengetahuan. Paradigma inilah
yang seharusnya dimiliki umat Islam, bukan paradigma sekuler seperti yang ada
sekarang. Paradigma Islam ini menyatakan bahwa Aqidah Islam wajib dijadikan
landasan pemikiran (qaidah fikriyah) bagi seluruh bangunan ilmu pengetahuan.
Ini bukan berarti menjadi Aqidah Islam sebagai sumber segala macam ilmu
pengetahuan, melainkan menjadi standar bagi segala ilmu pengetahuan. Maka ilmu
pengetahuan yang sesuai dengan Aqidah Islam dapat diterima dan diamalkan,
sedang yang bertentangan dengannya, wajib ditolak dan tidak boleh diamalkan.
Kedua,
menjadikan Syariah Islam (yang lahir dari Aqidah Islam) sebagai standarbagi
pemanfaatan iptek dalam kehidupan sehari-hari. Standar atau kriteria
inilah yang seharusnya yang digunakan umat Islam, bukan standar manfaat
(pragmatisme/utilitarianisme) seperti yang ada sekarang. Standar syariah ini
mengatur,bahwa boleh tidaknya pemanfaatan iptek, didasarkan pada ketentuan halal-haram(hukum-hukum syariah Islam). Umat Islam boleh memanfaatkan iptek, jikatelahdihalalkan oleh Syariah Islam. Sebaliknya jika suatu aspek iptek telah
diharamkan oleh Syariah, maka tidak boleh umat Islam memanfaatkannya, walau punia menghasilkan manfaat sesaat untuk memenuhi kebutuhan manusia.
inilah yang seharusnya yang digunakan umat Islam, bukan standar manfaat
(pragmatisme/utilitarianisme) seperti yang ada sekarang. Standar syariah ini
mengatur,bahwa boleh tidaknya pemanfaatan iptek, didasarkan pada ketentuan halal-haram(hukum-hukum syariah Islam). Umat Islam boleh memanfaatkan iptek, jikatelahdihalalkan oleh Syariah Islam. Sebaliknya jika suatu aspek iptek telah
diharamkan oleh Syariah, maka tidak boleh umat Islam memanfaatkannya, walau punia menghasilkan manfaat sesaat untuk memenuhi kebutuhan manusia.
BAB III
PENUTUP
Adapun kondisi
umat Islam sekarang yang mengalami kemunduran dalam bidang sains dan teknologi
adalah disebabkan oleh berbagai hal. Sains Islam mulai terlihat kemunduran yang
signifikan adalah selepas tahun 1800 disebabkan faktor eksternal seperti
pengaruh penjajahan yang dengan sengaja menghancurkan sistem ekonomi lokal yang
menyokong kegiatan sains dan industri lokal. Contohnya seperti apa yang terjadi
di Bengali, India, saat sistem kerajinan industri dan kerajinan lokal
dihancurkan demi mensukseskan “revolusi industri” di Inggris.
Sains
dan teknologi adalah simbol kemodernan. Akan tetapi, tidak hanya karena modern,
kemudian kita mengabaikan agama sebagaimana yang terjadi di Barat dengan
ideologi sekularisme. Karena sains dan teknologi tidak akan pernah bertentangan
dengan ajaran Islam yang relevan di setiap zaman.
DAFTAR PERPUSTAKAAN
Ø Baiquni, Achmad. Alqur’an, Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, Solo Dana Bhakti Wakaf, 1994.
Ø Effendi, Abdurrahman Riesdam & Gina
Puspita, Membangun Sains dan Teknologi Menurut Kehendak Tuhan, Jakarta:
Giliran Timur, 2007.
Ø Kaelany, dkk. Islam Untuk Disiplin Ilmu
dan Teknologi. Jakarta: Depag Ditjen Bagais PIK Pertais.
2004
Ø Soedewo, Islam dan Ilmu Pengetahuan,
Jakarta: Darul Kutubil Islamiyah, 2007.
Ø http://blog.re.or.id/persepsi-islam-terhadap-perkembangan-sains-dan-teknologi.htm
maaf sepertinya ada yang salah "“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, Dia Telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam, Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. (QS. Al-Isra: 1-5)”" ini seharusnya surat al-'alaq ayat 1-5 bukan al isra' ayat 1-5
ReplyDeleteBuk Elva terimakasih, saya salah tulis
ReplyDelete