Daftar Kepustakaan
Daftar Kepustakaan.............................................................................................. 1
Kata Pengantar...................................................................................................... 2
BAB I
A.
Latar Belakang.......................................................................................... 3
B.
Permasalahan............................................................................................. 4
BAB II
A.
Berdirinya Utsmaniyah............................................................................. 5
B.
Kemajuan Turki Utsmaniyah..................................................................... 8
C.
Pendidikan Di Masa Utsmaniyah.............................................................. 10
D.
Kehancuran Turki Utsmaniyah.................................................................. 11
BAB II
Kesimpulan dan Penutup...................................................................................... 15
Daftar Kepustakaan.............................................................................................. 16
Kata Pengantar
Segala puji bagi Allah Swt yang mengajarkan manusia dengan perantaraan
kalam. Mengajarkan manusia dari yang tidak diketahuinya menjadi tahu tentang
sesuatu hal dengan kalam tersebut.
Selawat dan
salam ke atas junjungan Nabi besar kita
Muhammad Saw yang telah diutus oleh Allah Swt kepada seluruh alam.
Semoga
selawat dan salam juga tercurahkan ke atas keluarga, sahabat, dan
pengikut-pengikut beliau, dan juga pengikut-pengikut beliau SAW, yang ada di
akhir zaman.
Adapun
selanjutnya dalam penulisan makalah ini membahas tentang Daulah Dinasti
Turki Utsmani sebagai dosen pemimbing adalah Dr. Syamruddin Nasution, M.Ag.
Penulis
Pekanbaru, 25 Januari 2014
Bab I
A.
Latar Belakang
“Jika ada yang menyamai generasi awal kaum
Muslim dalam cara hidup, keberanian, kemandirian dan kecepatan gerak, mungkin
kaum Turki adalah salah satu kandidat kuatnya. Sama seperti suku Arab non-urban
pada umumnya, kaum Turki adalah penunggang kuda alami dan hidup dialam terbuka.”[1]
Tiba-tiba saja mereka datang dan
mendirikan kerajaan Islam; serta berjihad melawan para musuh Islam selama lebih
dari enam abad. Dinasti Utsmani pernah berperang melawan Eropa, sampai-sampai
memeranginya di jalan Allah dari empat arah penjuru angin. Di arah barat memerangi
imperium Austria serta Spanyol, selatan Menghadang Portugis di Jazirah
Arab, Utara menekan Rusia guna meredakan penindasan Rusia terhadap
Muslim Tartar dan Muslim Circasia, timur memerangi Syi’ah yang bersekutu
dengan Pasukan Salib untuk memerangi Ahlus Sunnah Wal Jama’ah secara umum dan
Kekhalifahan Utsmani secara khusus [2].
Dan yang menjadi catatan penting, sebagian
diantara mereka adalah ahlu bisyarah yang menaklukkan Konstantinopel yang
diberitakan oleh Rasulullah dalam Hadisnya dan mengganti nama Konstantinopel menjadi
Istanbul.
Penaklukan ini terjadi pada masa Sultan
Muhammad Al-Fatih pada tahun 1453 M ketika masa Dinasti Turki Utsmani jilid 2
yang sebelumnya Dinasti Turki Utsmani jilid pertama terpecah-pecah ketika Beyazid
I Sultan terakhir Turki Utsmani jilid pertama tertangkap oleh Timur Lenk dan
meninggal dalam tahanan[3].
Dimulainya sejarah Turki mengambil peran dalam
dakwah serta pemerintahan Islamiyah ialah terjadi pada masa Dinasti Abbasiyah.
Ketika itu Dinasti ini melewati 4 periode[4], ada
yang mengatakan 5 periode[5]:
Periode pertama adalah periode
Pengaruh Persia, Kedua Pengaruh Turki, Ketiga Pengaruh Bani
Buwaihi, Keempat Turki Bani Seljuk, sedangkan
dalam tulisan Badri Yatim disebutkan terbagi menjadi 5 periode dimana yang
kelimanya adalah; tidak terpengaruh apapun.
Diperiode kedualah peran Turki
mulai tampak ketika Khalifah Al-Makmun menunjuk Al-Muktasim menjadi Khalifah,
sehingga karena kebijakan Al-Makmun menunjuk Al-Muktasim menjadi Khalifah maka
terjadi pertentangan dari orang-orang Persia, karena orang-orang Persia
menginginkan agar jabatan Khalifah diserahkan kepada anaknya Al-Makmun yakni
Abbas tidak kepada Al-Muktasim, sehingga membuat Khalifah Al-Muktasim terpaksa
memindahkan ibu kota dari Baghdad ke Samarra agar terlepas dari pengaruh
orang-orang Persia dan usaha-usaha pembunuhan gelap. Karena hal inilah Khalifah
Al-Muktasim seorang Khalifah yang terlanjur ditunjuk oleh Al-Makmun, menjadikan
orang-orang Turki sebagai tentara keamanan Khalifah. Serta berlanjut kepada
berdirinya Dinasti Seljuk yang mengambil peran terhadap masa Abbasiyah periode
keempat.[6]
B.
Permasalahan
1. Bagaimana asal-usul terbentuknya kerajaan Turki Utsmani?
2. Bagaimana kemajuan Kerajaan Turki Utsmani?
3. Bagaimana Pendidikan di Masa Utsmani?
4. Bagaimana kemunduran dan kehancuran kerajan Utsmani?
BAB II
A.
Berdirinya
Dinasti Turki Utsmani
Sejarah beridirinya Dinasti Turki
Utsmani tidak terlepas dari peran Dinasti Turki Seljuk yang didirikan oleh Thugrul
Bek (455 H/1063 M) selanjutnya diperintah berturut-turut oleh Alp Arselan
(455-465H/1063-1072M), Maliksyah (465-485H/1072-1092), Mahmud
(485-487H/1092-1094M), Barkiyaruq (487-498H/1094-1103), Maliksyah II (498H/1103M), Abu Syuja’ Muhammadi
(498-511H/1103-1117M), dan Abu Haris Sanjar (511-522H/1117-1128M). Dan
pemerintahan ini disebut Al-Salajikah Al-Kubra (Seljuk Besar atau Seljuk Agung).[7]
Pada masa Thugrul Bek, Turki Seljuk
sebelum membebaskan Baghdad dari Syi’ah, sebelumnya mereka telah menguasai
daerah Marwa dan Naisabur, Balkh, Jurjan, Tabaristan, Khawarizm, Ray dan
Isfahan dan terus menerus melakukan Ekspansi. Sehingga wilayah-wilayah dibagi
menjadi lima bagian: Seljuk Besar, Seljuk Kirman, Seljuk Irak dan Kurdistan,
Seljuk Syiria, serta Seljuk Rum.[8]
Dan Seljuk Rum adalah Seljuk yang
menguasai daerah Khawarizm dan Asia Kecil, di tempat inilah penguasa daerah Khawarizm dan Asia Kecil atau
Seljuk Rum yakni Sultan Alaudin (Sultan Terakhir Seljuk Rum) menerima kedatangan kerabat-kerabat mereka dari
Khurusan pada abad ke 13 M akibat pengusiran bangsa Mongol. Mereka-mereka
inilah yang nantinya mendirikan Dinasti Turki Utsmani. Dan Bangsa Mongol dalam
catatan sejarah disebutkan bahwa mereka masih 1 kerabat atau 1 keturunan dengan
Seljuk dan Utsmani.[9]
Ertoguhl (Berkuasa 1230-1281)[10]
dan ada yang mengatakan sampai tahun 1289 M[11],
beliau adalah pemimpin orang-orang Turki dari Khurusan yang membantu Sultan
Alaudin dalam mengahadapai dan dapat mengalahkan serangan pertama Mongol,
akibat jasa-jasa orang-orang Turki Utsmani yang dipimpin Ertoguhl dari Khurusan
ini, mereka mendapat hadiah berupa sebidang tanah di Asia Kecil yang
berbatasan dengan Ibu Kota Byzantium
Yakni Konstantinopel.[12]
Tetapi ketika itu status Ertoghul
bukan sabagai Sultan melainkan Gubernur di daerah Asia Kecil. Sampai Sultan
Alaudin terbunuh ketika serangan Mongol yang ke-dua pada tahun 1300 M.
Terbunuhnya Sultan menandakan berakhirnya Kesultanan Seljuk Rum. Serangan mongol itu dibantu pula oleh kaum Muslimin
yang telah ditaklukkan oleh Mongol sebelumnya.[13]
Sehingga orang-orang Turki
terpecah-pecah sampai lahirnya Usman I dari
Kabilah Oghuz keturunan Ertoghul sebagai
pendiri Turki Utsmani yang dapat menyatukan seluruh Kabilah-Kabilah Turki, baik
Turki Utsmani maupun Turki Seljuk dan mengklaim hak penuh terhadap Daerah Asia
Kecil yang mereka duduki.[14]
Masa ini saya menyebutnya sebagai
masa pemerintahan Dinasti Turki Utsmani jilid 1. Berakhirnya masa pemerintahan Dinasti
Utsmani jilid I akibat serangan Timur Lenk ke Baghdad dan menangkap Beyazid I
sampai Beyazid terbunuh di penjara. Dan jilid keduapun mulai berdiri ketika
Sultan Muhammad I membunuh saudara-saudaranya yakni Isa, Musa, dan Sulaiman
yang sebelumnya mereka bertiga adalah Sultan Turki Utsmani namun pada masa mereka
bertiga termasuk juga masa Sultan Muhammad I Bangsa Turki atau Kabilah-Kabilah
Turki masih dalam keadaan terpecah-pecah. Penyatuan itu kembali terjadi pada
masa Murad II[15]
Adapun Sultan-Sultan serta
Khalifah-Khalifah yang telah memimpin Dinasti Turki dari Khurasan, sebelum dan
sesudah berdirinya Utsmaniyah ialah:
No
|
Nama
|
Berkuasa Sejak
|
Berkuasa
Hingga
|
-
|
1230
|
1281
|
|
-
|
1281
|
1299
|
|
Pendirian Kesultanan Utsmaniyah (27 Juli 1299 – 20
Juli 1402) oleh Utsman I
|
|||
1
|
Utsman I
|
1299
|
1324
|
2
|
1324
|
1362
|
|
3
|
1362
|
||
4
|
|||
Ottoman Interregnum, Masa Perpecahan Turki Utsmaniyah (20 Juli 1402 – 5 Juli 1413)
|
|||
-
|
1403
|
1405
|
|
-
|
17 Februari
1411
|
||
-
|
18 Februari
1411
|
5 Juli 1413
|
|
-
|
Muhammad I
|
1403 – 1406
|
|
(Sultan of the Eastern Anatolian Territory)
|
|||
1406 – 1413
|
|||
Kebangkitan Kesultanan Utsmaniyah (5 Juli 1413 – 29
Mei 1453) yang sebenarnya dimulai oleh Murad II
|
|||
5
|
Muhammad I
|
26 Mei 1421
|
|
6
|
25
Juni 1421
|
1444
|
|
7
|
Muhammad II (Al-Fatih)
|
1444
|
1446
|
-
|
Murad II
|
1446
|
3
Februari 1451
|
Perkembangan Kesultanan Utsmaniyah (29 Mei 1453 – 11/12
September 1683) dimulai oleh Al-Fatih
|
|||
-
|
Muhammad II (Al-Fatih)
|
3
Februari 1451
|
3
Mei 1481
|
8
|
19
Mei 1481
|
25
April 1512
|
|
Perubahan Sisitem Pemerintahan dari
Kesultanan Islamiyah menjadi Kekhalifahan Islamiyah
|
|||
9
|
Salim I
|
25
April 1512
|
21
September 1520
|
10
|
Sulaiman I
|
30
September 1520
|
6
atau 7 September 1566
|
11
|
Salim II
|
29
September 1566
|
21
Desember 1574
|
12
|
Murad III
|
22
Desember 1574
|
16
Januari 1595
|
13
|
Muhammad III
|
27
Januari 1595
|
20
or 21 Desember 1603
|
14
|
Ahmad I
|
21
Desember 1603
|
22
November 1617
|
15
|
Mustafa I
|
22
November 1617
|
26
Februari 1618
|
16
|
Utsman II
|
26
Februari 1618
|
19
Mei 1622
|
-
|
Mustafa I
|
20
Mei 1622
|
10
September 1623
|
17
|
Murad IV
|
10
September 1623
|
8
or 9 Februari 1640
|
18
|
Ibrahim I
|
9
Februari 1640
|
8
Agustus 1648
|
19
|
Muhammad IV
|
8
Agustus 1648
|
8
November 1687
|
Stagnasi Kekhalifahan Utsmaniyah (11/12 September 1683 –
20 Oktober 1827)
|
|||
20
|
Sulaiman II
|
8
November 1687
|
22
Juni 1691
|
21
|
Ahmad II
|
22
Juni 1691
|
6
Februari 1695
|
22
|
Mustafa II
|
6
Februari 1695
|
22
Agustus 1703
|
23
|
Ahmad III
|
22
Agustus 1703
|
1
or 2 Oktober 1730
|
24
|
Mahmud I
|
2
Oktober 1730
|
13
Desember 1754
|
25
|
Utsman III
|
13
Desember 1754
|
29
or 30 Oktober 1757
|
26
|
Mustafa III
|
30
Oktober 1757
|
21
Januari 1774
|
27
|
Abdul Hamid I
|
21
Januari 1774
|
6
or 7 April 1789
|
28
|
Salim III
|
7
April 1789
|
29
Mei 1807
|
29
|
Mustava IV
|
29
Mei 1807
|
28
Juli 1808
|
30
|
Mahmud II
|
28
Juli 1808
|
1
Juli 1839
|
Masa-masa Kemunduran Kekhalifahan Utsmaniyah (20 Oktober 1827 – 24
Juli 1908)
|
|||
31
|
Abdul Majid I
|
1
Juli 1839
|
25
Juni 1861
|
32
|
Abdul Aziz I
|
25
Juni 1861
|
30
Mei 1876
|
33
|
Murad V
|
30
Mei 1876
|
31
Agustus 1876
|
34
|
Abdul Hamid II
|
31 Agustus
1876
|
27-Apr-09
|
Peroses Pembubaran Kekhalifahan Utsmaniyah (24 Juli 1908 – 30
Oktober 1918)
|
|||
35
|
Muhammad V
|
27-Apr-09
|
03-Jul-18
|
Pembagian Kekhalifahan Utsmaniyah (30 Oktober 1918 – 1
November 1922)
|
|||
36
|
Muhammad VI
|
04-Jul-18
|
1
November 1922
|
Republican Caliphate atau Republik Khilafah Boneka (18 November 1922 – 3
Maret 1924) sebagai bentuk meredam amarah rakyat atas pembubaran Khilafah.
|
|||
-
|
Abdul Majid II
|
18
November 1922
|
03-Mar-24[16]
|
B.
Kemajuan Kerajaan Turki Utsmani
Dimulainya kemajuan Turki Utsmani
tidak lain pada masa Sultan Muhammad Al-Fatih, namun awal kemajuan ini tidak
terlepas dari didikan Ayah sang Ghazi (Kesatria) Islam ini, yakni Sultan Turki
Utsmani Murad II serta dua Ulama yang dipercayai oleh Murad II untuk mendidik
Sultan Al-Fatih yaitu, Syaikh Ahmad Al-Kurani dan Syaikh Aaq Syamsuddin.
Dan keinginan keras Al-Fatih dalam menaklukkan Konstantinopel tidak lain adalah
hasil didikan Syaikh Aaq Syamsuddin, yang senantiasa mendidikan Sultan Penakluk
ini dengan Sejarah dan Hadis-Hadis Nabi. Setelah melakukan penaklukkan
Konstantinopel selama 54 hari, selanjutnya Al-Fatih melakukan ekspansi-ekspansi
ke daerah-daerah Eropa lainnya untuk menuju Kota Roma, hal ini dikarenakan
motivasi hadits Nabi yang disimpulkan sebagai berikut “Konstantinopel akan
ditaklukkan terlebih dahulu, kemudian barulah kota Roma” namun sayang cita-cita
untuk membebaskan Roma tak tercapai beliau meninggal diumur 49 tahun karena
sakit.[17]
Di masa Al-Fatihlah sumbangan
terhadap kebangkitan Eropa dimulai. Dimulai dari komando ketentaraan hanya
mutlak dipegang oleh Sultan bukan Menteri-Menteri ataupun Gubernur. Baris-berbaris,
teknologi persenjataan perang dan keharomonisan beragama yang ditonjolkan oleh
kekhilafahan Utsmaniyah, terlihat ketika penakulukkan Konstantinopel, Al-Fatih
tidak memaksa orang-orang Kristen Yunani untuk masuk Islam. Sehingga dari
toleransi ini di dunia barat memnuculkan gerakan HAM (Hak Azazi Manusia) inilah
peradaban sejarah Islam yang direkam oleh sejarah.[18]
Sebagaimana
Dinasti Umayyah yang melakukan ekspansi-ekspansi perluasan daerah, begitu juga
Utsmani setelah melakukan perluasan, maka masa-masa ketentraman dan keamanan
negara pun terjadi. Namun pada masa Bayezid II yang lebih suka perdamaian, daerah
Granada yang merupakan benteng terakhir Umat Islam di Andalusia jatuh, padahal
ketika itu Turki Utsmani Negara terkuat dan ditakuti Eropa.[19]
Sedangkan
pada masa Salim I sistem pemerintahan Kesultanan berubah menjadi sistem
Kekhalifahan. Dimasanya usaha-usaha untuk menyatukan Umat Islam pun terjadi,
ketika daerah-daerah Islam lainnya lebih cendrung kepada perdamaian dengan tentara
Salib dan Portugis dan enggan menghadapi Portugis yang menguasai Yerussalem,
seperti Dinasti Mamalik di Mesir. Terlebih lagi kelompok Syi’ah yang berkerja
sama dengan Salabis dalam memerangi Ahlus Sunnah secara umum dan secara khusus
memerangi Utsmaniyah. Selanjutnya pada masa Sulaiman I perundang-undangan
dibuat sebagai suatu kejelasan hukum ketertatanegaraan yang disebut Multaqa al-Abhur,
Undang-undang ini menjadi pegangan hukum bagi Turki Usmani sampai datangnya
reformasi pada abad 19. Undang-undang ini memiliki arti historis yang sangat
penting karena merupakan undang-undang pertama di dunia. [20]
Dan
perundang-undangan ini dibuat tidak lain sebagai landasan hukum bagi yang
melanggar suatu ketertiban yang sudah disepakati, dan undang-undang inilah yang
dicontoh oleh negara-negara yang ada saat ini, termasuk Indonesia yang selalu
mengatakan Negara yang berdasarkan Undang-Undang.
Menurut Ajid Tahir dalam bukunya
menyebutkan bahwa faktor-faktor yang menyebabkan sehingga Turki Usmani
memperoleh kemajuan antara lain :
a.
Adanya sistem pemberian hadiah
berupa tanah kepada tentara yang berjasa.
b.
Tidak adanya diskriminasi dari
pihak penguasa.
c.
Kepengurusan organisasi yang cakap.
d.
Pihak Turki memberikan perlakuan
baik terhadap saudara-saudara baru dan memberikan kepada mereka hak rakyat
secara penuh.
e.
Turki telah menggunakan
tenaga-tenaga profesional dan terampil.
f.
Kedudukan sosial orang-orang Turki
telah melirik minat penduduk negeri-negeri Balkan untuk memeluk agama Islam.
g.
Rakyat memeluk agama Kristen hanya
dibebani biaya perlindungan (jizyah) yang relatif murah dibandingkan pada masa
Bizantium.
h.
Semua penduduk memperoleh kebebasan
untuk menjalankan kepercayaannya masing-masing.
i.
Wilayah-wilayah Turki menjadi
tempat perlindungan orang-orang Yahudi dari serangan kerajaan Kristen di
Spanyol dan Portugal pada abad XVI.[21]
Selanjutnya saya menambahkan bahwa
keberhasilan Turki Utsmaniyah disebabkan, karena mereka kembali kepada
penafsiran tradisional (generasi Salaf) yang sebelumnya mulai memudar atau juga
bisa dikatakan kembali kepada hadits-hadits Nabi dalam menafsirkan ataupun
menjelaskan Al-Quran, terlihat pada masa Al-Fatih dimana ditiap-tiap kelompok
pasukan pejuang pembebesan Konstantinopel dan pejuang Pembebasan Kota Roma dibimbing
oleh satu orang ulama. Dan Al-Fatih sendiri termotivasi untuk menaklukkan konstantinopel
karena Hadits Nabi Muhammad Saw.[22]
Ini menunjukkan bahwa mereka kembali kepada Al-Quran dan Sunnah.
C.
Pendidikan Di Masa Utsmaniyah
Adapun aspek-aspek intelektual yang
dicapai yaitu:
a.
Terdapat dua buah surat kabar yang
muncul pada masa itu, yaitu berita harian terkini Feka (1831) dan jurnal
Tasfiri efkyar (1862) dan terjukani ahfal (1860).
b.
Terjadi tranfomasi pendidikan,
dengan mendirikan sekolah-sekolah dasar dan menengah (1881) dan perguruan
tinggi (1869), juga mendirikan Fakultas kedokteran dan fakultas Hukum.
Disamping itu para belajar yang berprestasi dikirim ke Prancis untuk
melanjutkan studinya, yang sebelumnya itu tidak pernah terjadi.[23]
Sedangkan pada masa Sultan Mahmud
II ada beberapa usaha pembaharuan dalam bidang pendidikan antara lain:
a.
Pendidikan Umum
Pendidikan Umum pada masanya hanya
pendidikan madrasah yang mengajarkan ilmu agama. Ia merasa perlu untuk
memasukkan pengetahuan umum di Madrasah tersebut. Hal ini mendapat tantangan
dari para Ulama. Tahun 1838 ia berhasil mendirikan Sekolah umum.
b.
Pendidikan Militer
Tahun 1826 ia membentuk suatu korps
tentara baru dibawah asuhan pelatih yang dikirim Muhammad Ali Pasya dari Mesir.[24]
Sedangkan ketika Mustafa Kemal Attartuk
seorang Politikus yang meruntuhkan Daulah Utsmaniyah menyerukan agar di dalam
bidang pendidikan diadakan; Weternisasi dan Sekularisasi.[25]
D.
Kemunduran Dan Kehancuran Kerajan Utsmani
Untuk menjelaskan faktor-faktor
kemunduran dan kehancuran Utsmani penulis akan mnyuguhkan tulisan dari blog
atau website: http://sentraledukasi.blogspot.com/2013/10/makalah-kerajaan-turki-utsmani.html
Mengamati sejarah keruntuhan
Kerajaan Turki Usmani, dalam bukunya Syafiq A. Mughani melihat tiga hal
kehancuran Turki Usmani, yaitu melemahnya sistem birokrasi dan kekuatan militer
Turki Usmani, kehancuran perekonomian kerajaan dan munculnya kekuatan baru di
daratan Eropa serta serangan balik terhadap Turki Usmani.
1.
Kelemahan para Sultan dan sistem
birokrasi
Ketergantungan sistem birokrasi
sultan Usmani kepada kemampuan seorang sultan dalam mengendalikan pemerintahan
menjadikan institusi politik ini menjadi rentang terhadap kejatuhan kerajaan.
Seorang sultan yang cukup lemah cukup membuat peluang bagi degradasi politik di
kerajaan Turki Usmani. Ketika terjadi benturan kepentingan di kalangan elit
politik maka dengan mudah mereka berkotak-kotak dan terjebak dalam sebuah
perjuangan politik yang tidak berarti. Masing-masing kelompok membuat kualisi
dengan janji kemakmuran, Sultan dikondisikan dengan lebih suka menghabiskan
waktunya di istana dibanding urusan pemerintahan agar tidak terlibat langsung
dalam intrik-intrik politik yang mereka rancang. Pelimpahan wewenan kekuasaan
pada perdan menteri untuk mengendalikan roda pemerintahan. Praktik money
politik di kalangan elit, pertukaran penjagaan wilayah perbatasan dari pasukan
kefelerike tangan pasukan inpantri serta meluasnya beberapa pemberontakan oleh
korp Jarrisari untuk menggulingkan kekuasaan merupakan ketidak berdayaan sultan
dan kelemahan sistem birokrasi yang mewarnai perjalanan kerajaan Turki Usmani.
2.
Kemerosotan kondisi sosial ekonomi
Perubahan mendasar terjadi terjadi
pada jumlah penduduk kerajaan sebagaimana terjadi pada struktur ekonomi dan
keuangan. Kerajaan akhirnya menghadapi problem internal sebagai dampak
pertumbuhan perdagangan dan ekonomi internasional. Kemampuan kerajaan untuk
memenuhi kebutuhan dalam negeri mulai melemah, pada saat bangsa Eropa telah
mengembangkan struktur kekuatan ekonomi dan keuangan bagi kepentingan mereka
sendiri. Perubahan politik dan kependudukan saling bersinggungan dengan
perubahan penting di bidang ekonomi. Esentralisasi kekuasaan dan munculnya
pengaruh pejabat daerah memberikan konstribusi bagi runtuhnya ekonomi
tradisional kerajaan Turki Usmani.
3.
Munculnya kekuatan Eropa
Munculnya politik baru di daratan
Eropa dapat dianaggap secara umum faktor yang mempercepat proses keruntuhan
kerajaan Turki Usmani. Konfrontasi langsung pada dengan kekuatan Eropa berawal
pada abad ke XVI, ketika masing-masing kekuatan ekonomi berusaha mengatur tata
ekonomi dunia. Ketika kerajaan Usmani sibuk membenahi Negara dan masyarakat,
bangsa Eropa malah menggalang militer, Ekonomi dan tekhnologi dan mengambil
mamfaat dari kelemahan kerajaan Turki Usmani.[26]
Faktor-faktor keruntuhan Kerajaan
Turki Usmanin dapat dikategorikan menjadi dua bagian, yaitu: secara internal
dan eksternal, secara internal, yaitu:
Ø Luasnya
wilayah kekuasaan dan buruknya sistem pemerintahan yang ditangani oleh
orang-orang berikutnya yang tidak cakap, hilangnya keadilan, merajalelanya
korupsi dan meningkatnya kriminalitas, merupakan faktor yang sangat berpengaruh
terhadap keruntuhan kerajaan Usmani,
Ø Heterogenitas
penduduk dan agama,
Ø Kehidupan yang
istimewa dan bermegahan dan
Ø Merosotnya
perekonomian Negara akibat peperangan Turki mengalami kekalahan.
Secara eksternal, yaitu:
Secara eksternal, yaitu:
Ø Timbulnya
gerakan nasionalisme bangsa-bangsa yang tunduk pada kerajaan Turki berkuasa,
mulai menyadari kelemahan Dinasti tersebut,
Ø Terjadinya
kemajuan tekhnologi di Baratn, khususnya dalam bidang persenjataan. Sedangkan
Turki mengalami stagnasi Ilmu pengetahuan sehingga jika terjadi perang, Turki
selalu mengalami kekalahan.
Perang dunia pertama melengkapi
proses kehancuran kerajaan Turki Utsmani, pada bulan desember 1914, Turki
Usmani melibatkan diri dalam perang dunia dan berada di pihak Jerman dan
Austria. Bantuan militer dan ekonomi Jerman, kekuatan terhadap kekuatan Rusia
serta keinginan keinginan untuk menyelamatkan kendali Turki Usmani menjadi alasan
ketelibatan Turki dalam peristiwa tersebut. Pada tahun 1918, aliansi
bangsa-bansa Eropa mengalahkan aliansi militer Jerman, Turki dan Austria.
Memasuki tahun 1920, kerajaanTurki Utsmani kehilangan keseluruhan propinsi yang
ada di semenanjung Baalka, Mesir menjadi kemudian Negara protektorat Inggris
dan bebas secara total dari kekuasaan kerajaan Turki Utsmani.[27]
Sebagaimana
Daulah-Daulah Islamiyah sebelumnya yang runtuh. Di dalam buku Dr. Syamruddin
Nasution disebutkan bahwa salah satu akibat kemunduran Utsmaniyah adalah terjadinya
kemorosotan moral yang menimpa Sultan Murad II sehingga terjadi kekecauan
dimana-mana, ditambah lagi Sultan Muhammad III yang bermoral lebih jelek lagi.
Karena terjadinya kekacauan dimana-mana, Austria berhasil memukul mundur
Utsmaniyah. Dan juga terjadi pemberontakan-pemberontakan Daerah atau Provinsi
yang ada di Utsmaniyah yang menginginkan kemerdekaan lepas dari Utsmaniyah.[28]
BAB III
Kesimpulan dan Penutup
Dari
paparan diatas bahwa salah satu penyebab keruntuhan Turki Utsmaniyah ialah
mereka lupa akan sepak terjang dan penghkianatan-penghkianatan yang selalu
dilakukan oleh Yahudi. Yang sebelumnya pernah mereka buat di zaman Rasulullah
Saw. Sehingga Rasulullah Saw. Memerangi mereka atas pengkhianatan-pengkhianatan
Yahudi atas Islam sampai-sampai Rasulullah Saw memerangi pusat pertahanan
terkahir mereka di Jazirah Arab yakni di Kota Khaibar.
Ini menunjukkan bahwa kemajuan Umat
Islam tidak lain berawal dari Al-Quran dan Sunnah, bukan Filsafat ataupun yang
sejenis dengannya. Dimana di dalam Al-quran dan Sunnah tidak hanya memuat
masalah-masalah hukum syari’at tetapi juga mengenai sejarah-sejarah yang mesti
menjadi pembelajaran untuk masa depan. Sebagaimana generasi para Salaf mereka
berhasil menaklukkan wilayah-wilayah yang lebih kuat dan lebih banyak jumlahnya
dari generasai Salaf tersebut. Tidak lain mereka berangkat dari Al-Quran dan
Sunnah. Sebagaimana Al-quran menjelaskan:
“Sesungguhnya
Allah telah menolong kamu (hai para Mukminin) di Medan peperangan yang banyak
dan (ingatlah) peperangan Hunain, yaitu di waktu kamu menjadi congkak karena
banyaknya jumlahmu maka jumlah yang banyak itu tidak memberi manfaat kepadamu
sedikit pun dan bumi yang luas itu telah terasa sempit olehmu, kemudian kamu
lari ke belakang dengan bercerai-berai.” (Q.S. At-Taubah [9]: 25).
Sebagaimana
Dinasti-Dinasti yang lain, Utsmaniyah Hancur karena terlena dengan kemenangan
demi kemenangan dalam pertempuran sehingga dari kemengan demi kemengan tersebut
mendapatkan harta rampasan perang, apakah itu berupa barang yang ditinggal
pemiliknya atau barang tambang yang ada diwilayah taklukkan. Karena kekayaan
yang melimpah membuat mereka terpana. Walaupun demikian dari sejarah Utsmaniyah
ini mengajarkan kepada kita bahwa Islam tidak mesti disebarluaskan oleh bangsa
Arab ataupun keturunan Rasulullah Saw. Demikianlah makalah ini mudah-mudahan
bermanfaat.
Daftar Kepustakaan
Badri Yatim, Sejarah
Peradaban Islam Dirasah Islamiyah II, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
2013).
Felix Y.
Siauw, Muhammad Al-Fatih 1453 (Jakarta: AlFatih Press, 2013).
http://feryntina.blogspot.com/2013/04/sejarah-peradaban-islam-turki-usmani.html.
http://id.wikipedia.org/wiki/Khalifah.
http://id.wikipedia.org/wiki/Daftar_sultan_Utsmaniyah.
http://sentraledukasi.blogspot.com/2013/10/makalah-kerajaan-turki-utsmani.html.
Syamruddin
Nasution, Sejarah Peradaban Islam Masa Klasik, (Pekanbaru: Yayasan Pusaka Riau, 2010).
Syamruddin
Nasution, Sejarah Peradaban Islam, (Pekanbaru: Yayasan Pusaka Riau,
2013).
Ramayulis, Sejarah
Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2013).
Tim Riset dan
Studi Islam Mesir, Ensikloped Sejarah Islam, Jilid. 2, ter. Arif
Munandar Riswanto, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2013).
Yusuf Al-Qaradhawi, Distorsi Sejarah Islam, ter. Arif
Munandar Riswanto, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2013).
Daftar Ralat
1.
Di dalam situs
http://sentraledukasi.blogspot.com/2013/10/makalah-kerajaan-turki-utsmani.html,
buku-buku yang menjadi refrensinya ialah:
Ali, K. A, Study Of Islamic History, Diterjemahkan Oleh Ghufron A. Mas adi, Sejarah Islam: Tarikh Pramodern. ( Cet. II; Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2000.
Black, Anthony, The History Of Islamic
Political Though rom The Prophet To The Present, Dialihbahasakan oleh Abdullah
Ali. Jakarta: Jakarta: Seranbi Ilmu Semesta, 2006.
Hitti, Phillip, K. History Of The Arabs ; rom
Earliest Times To The Present, Dialihbahasakan oleh Cecep Lukman, Jakarta:
Serambi Ilmu Semesta, 2006.
Ibrahim, Hassan, Islamic History And Culture.
Dialihbahasakan oleh Djahdan, Sejarah dan Kebudayaan Islam, Yogyakarta: Kota
Kembang, 1989.
Mahmudunassir, Islam; Konsepsi Dan Sejarah,
Bandung: Remaja Rosdakarya, 1994.
Mughani, Syafik, A, Sejarah Kebudayaan Islam
Di Turki, Cet. I; Jakarta: Logos, 1997.
Thohir, Ajid, Perkembangan Peradaban Di
Kawasan Dunia Islam, Melacak Akar-Akar Sejarah, Sosial Politik Dan Budaya Ummat
Islam, Jakarta; PT. Raja Grafindo Persada, 2004.
Yatim, Badri, Sejarah Dan Peradaban Islam,
Jakarta: PT. Raja Gra indo Persada, 2001.
2.
Dalam paragraf Faktor-faktor kemunduran point 1 dan 2 hal 11-12. Tapi
saya mulai dari point ke-2 yaitu: Kemerosotan kondisi sosial ekonomi.
(Perubahan mendasar terjadi terjadi pada
jumlah penduduk kerajaan sebagaimana terjadi pada struktur ekonomi dan
keuangan. Kerajaan akhirnya menghadapi problem internal sebagai dampak
pertumbuhan perdagangan dan ekonomi internasional. Kemampuan kerajaan untuk
memenuhi kebutuhan dalam negeri mulai melemah, pada saat bangsa Eropa telah
mengembangkan struktur kekuatan ekonomi dan keuangan bagi kepentingan mereka
sendiri.) tulisan ini kutipan dari buku Badri Yatim yaitu Sejarah dan Peradaban
Islam thn 1997. Yg dikutip situs diatas.
3.
Point ketiga kelanjutan no dua di atas yaitu hal 12-13 poitn 3.
Munculnya kekuatan Eropa
(Munculnya politik baru di daratan Eropa dapat
dianaggap secara umum faktor yang mempercepat proses keruntuhan kerajaan Turki
Usmani) kutipan dalam buku Ajid Thahir Perkembangan Peradaban Di Kawasan Dunia
Islam 2004. Yg dikutip situs diatas.
4.
Hal 10 yaitu pin b. Terjadi tranfomasi pendidikan, (dengan
mendirikan sekolah-sekolah dasar dan menengah (1881) dan perguruan tinggi
(1869), juga mendirikan Fakultas kedokteran dan fakultas Hukum. Disamping itu
para pelajar yang berprestasi dikirim ke Prancis untuk melanjutkan studinya,
yang sebelumnya itu tidak pernah terjadi) kutipan dari buku Ajid Tahir , op.
cit. h.187-188, 2004. Yang dikutip situs di atas.
5.
Selanjutnya saya tidak memasukkan kemajuan dalam bidang keagamaan
dalam sub bab yg berjudul Pendidikan pada masa Utsmaniyah hal 10.
[1] Felix Y. Siauw, Muhammad Al-Fatih 1453,
(Jakarta: AlFatih Press, 2013), h. 27.
[2] Tim Penulis, Ensikloped Sejarah Islam, J.
2, ter. Arif Munandar Riswanto (Jakarta:
Pustaka Al-Kautsar, 2013).
[3] Felix Y. Siauw, Op. Cit.
[4] Syamruddin Nasution, Sejarah Peradaban
Islam Masa Klasik, (Pekanbaru:
Yayasan Pusaka Riau, 2010). h. 210-211.
[5] Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam
Dirasah Islamiyah II, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2013).
[6] Syamruddin Nasution, Op. cit. Dan baca juga tulisan
Felix Y. Siauw dan Badri Yatim.
[7] Badri Yatim, Op. Cit.
[8] Ibid.
[9] Ibid. Lihat juga di Syamruddin Nasution,
2010. Dan Felix Y. Siauw, 2013.
[10]
http://id.wikipedia.org/wiki/Daftar_sultan_Utsmaniyah
[11] Badri Yatim, Op. cit.
[12] Ibid.
[13]
Tim Penulis, Ensiklopedi Sejarah Islam, Jilid.
2, ter. Arif Munandar Riswanto, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar), h. 141-144
[14] Syamruddin Nasution, Badri Yatim, Serta dalam situs http://feryntina.blogspot.com/2013/04/sejarah-peradaban-islam-turki-usmani.html.
[15] Badri Yatim, Felix Y. Siauw Dan lihat juga
Tim Penulis, Ensiklopedi Sejarah Islam, J. 2, ter. Arif Munandar
Riswanto, h. 161, 2013.
[16] Dalam situs http://id.wikipedia.org/wiki/Daftar_sultan_Utsmaniyah.
[17] Felix Y. Siauw, Op. Cit.
[18] Yusuf Al-Qaradhawi,
Distorsi Sejarah Islam, ter. Arif Munandar Riswanto, (Jakarta: Pustaka
Al-Kautsar, 2013).
[19] Tim Penulis, Ensikloped Sejarah Islam, J.
2. Op. cit.
[20] Ibid.
[21] Ajid Thohir, Perkembangan Peradaban Di
Kawasan Dunia Islam, Melacak Akar-Akar Sejarah, Sosial Politik Dan Budaya Ummat
Islam, Jakarta; PT. Raja Grafindo Persada, 2004. Dikutip oleh situs http://sentraledukasi.blogspot.com
[22] Felix Y. Siauw, Op. cit.
[23] Ajid Thohir. Op cit. Dikutip oleh situs http://sentraledukasi.blogspot.com/2013/10/makalah-kerajaan-turki-utsmani.html.
[24] Ramayulis, Sejarah Pendidikan Islam,
(Jakarta: Kalam Mulia, 2013), h. 200-201.
[25] Ibid.
[26] Syafiq A. Mughani, Sejarah Kebudayaan
Islam Di Turki, Dikutip oleh situs http://sentraledukasi.blogspot.com
[27] Ajid Thahir dikutip oleh situs http://sentraledukasi.blogspot.com/2013/10/makalah-kerajaan-turki-utsmani.html
[28] Syamruddin Nasution, Sejarah Peradaban
Islam, (Pekanbaru: Yayasan Pusaka Riau, 2013).
No comments:
Post a Comment