Thursday, November 6, 2014

Makalah Pengertian Metode, Dasar metode pendidikan Islam, Prinsip mengajar, Penggunaan metode, dan Macam-macam metode

Makalah Pengertian Metode, Dasar metode pendidikan Islam, Prinsip mengajar, Penggunaan metode, dan Macam-macam metode
Oleh: A. Almunawir
BAB I
PENDAHULUAN


Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Gardner cs, ditemukan bahwa seseorang yang mengalami kecelakaan dan ternyata ada pengaruhnya terhadap otaknya. Misalnya, seseorang yang rusak ‘bagian’ depan otaknya, maka kecerdasan linguistiknya rusak, sehingga ia sukar berbicara, membaca, dan menulis, namun ia masih bisa melakukan matematika, menyanyi menari, dan berhubungan dengan orang lain. Gardner menyimpulkan bahwa ada paling tidak tujuh daerah yang otonom dalam sistem otak dan masing-masing mempengaruhi satu macam kecerdasan dan mempengaruhi keberadaan anak ’super’.

Pada seseorang jika ada satu perangkat kecerdasan yang sangat tinggi membuat orang itu lemah dalam beberapa kecerdasan lainnya. Misalnya, seseorang yang tinggi logika-matematikanya, lemah dalam berkomunikasi, fungsi berbahasanya. Setiap kecerdasan pada anak usia dini muncul pada saat tertentu sesuai irama perkembangannya seperti yang dikemukakan oleh Piaget (1971) yang merentang dari fase sensorimotor (0-2 tahun), fase praoperasional (2-7 tahun), fase operasi kongkrit (7-12 tahun) dan fase operasi formal (12 sampai usia dewasa).

Fakta sejarah yang menunjukkan bahwa perkembangan kecerdasan jamak ditunjang oleh hasil penelitian yang menemukan bahwa sejak zaman dahulu manusia telah menggunakan kecerdasan jamak. Hal ini dapat dilihat dari gambar-gambar di gua-gua kuno. Selain alasan tersebut di atas temuan psikometrik menunjang keberadaan intelligensi jamak hal ini dapat dilihat dari materi menggali informasi dan kosa kata di dalam tes baku IQ.

Selain fakta sejarah di atas alasan selanjutnya adalah berbagai temuan penelitian yang berkaitan dengan psikologi eksperimental yang mengemukakan bahwa seseorang yang memiliki kemampuan khusus dalam membaca belum tentu dapat mentransfer kemampuan tersebut ke dalam logika matematika. dengan baik. Selain hal tersebut terdapat adanya operasi inti atau seperangkat operasi masing-masing intelegensi., seperti pada kecerdasan musik, kecerdasan ini ditunjang oleh kepekaan dalam membedakan berbagai struktur irama. Selanjutnya kecerdasan bodily kinesthetic, ditunjang oleh kemampuan meniru gerakan tubuh orang lain, kemampuan membangun rutinitas gerakan motorik halus.

Lazaer (2000:7) mengemukakan bahwa kecerdasan jamak (multiple Inteligences) merupakan perkembangan mutakhir dalam bidang intelligensi yang menjelaskan hal-hal yang berkaitan dengan jalur-jalur yang digunakan oleh manusia untuk menjadi cerdas.

Dari segi terminologi jamak berarti banyak atau lebih dari satu. Berarti kecerdasan jamak itu kecerdasan yang lebih dari satu. Dalam bahasa aslinya kecerdasan jamak dikenal dengan istilah Multiple Intellegence (MI). Ada juga yang menerjemahkannya sebagai kecerdasan majemuk. Teori tentang Multiple Intellegence ini berasal dari Howard Gardner. beliau menuliskan teorinya ini dalam buku yang ramai dibicarakan oleh kalangan umum saat itu (1983) berjudul Frames of Mind. Gardner pada awalnya menyebutkan ada tujuh kecerdasan dalam bukunya itu. Selanjutnya Gardner menambahkannya menjadi 8 kecerdasan.

              Sebelum berangkat lebih jauh kita kembali ke definisi intelegensi (kecerdasan). Menurut Woolfolk (2009) kemampuan atau berbagai kemampuan untuk mendapatkan dan menggunakan pengetahuan untuk menyelesaikan masalah dan beradaptasi dengan dunia sekitar. Para penulis dan ahli lainnya juga banyak berpendapat hampir sama, menurut Santrock (2008) intelegensi (kecerdasan) adalah keterampilan menyelesaikan masalah dan kemampuan untuk beradaptasi dan belajar dari pengalaman hidup sehari-hari.Cara mengukur intelegensi ini menggunakan sebuah test yang dikenal dengan tes IQ, yang dipelepori oleh Alfred Binet.

              Rupanya beberapa pihak dan para ahli ini pun ada yang tidak sreg dengan skor tunggal dari tes IQ ini. Tes ini dianggap hanya menggambarkan kemapuan intelektual atau kognitif saja dan mengabaikan kemampuan lain dalam diri manusia. Yaitu Gardner tahun 1983 tentang teori kecerdasan jamak berusaha mengungkapkan kemampuan mental lain dalam diri manusia dari pengalamannya dalam penelitian orang-orang yang mengalami kerusakan otak (Gardner, 2003). Carrol, 1997 seperti yang dinyatakan oleh Woolfolk (2009) mengenalkan tiga tingkat intelegensi , yaitu kemampuan umum, beberapa kemampuan luas (termasuk intelegensi cair dan intelegensi terkristal) dan beberapa kemampuan spesifik (ada sekitar 70). Lalu Stenberg seperti yang dikutip oleh Santrock 2008 dan Jamaris 2010 mengatakan dalam Triartic Theory of Intellegence bahwa ada 3 jenis intelegensi yaitu intelegensi analitis, kreatif, intelegensi kreatif dan intelegensi praktis. Tahun 1990 Mayor dan Salovey memulai konsep mengenai Emotional Intellegence. Dan kemudian dipopulerkan oleh Daniel Goleman tahun 1995 dengan bukunya Emotional Intellegence. Kemudian Zohar dan Marshall tahun 1997 mengungkapkan istilah spiritual intelligence (SQ).

              Jadi akhir-akhir ini orang mulai mempertanyakan mengenai konsep IQ, terutama hubungannya dengan prestasi di sekolah dan kesuksesan dalam dunia kerja nantinya. Orang dengan IQ tinggi belum tentu berprestasi di sekolah karena banyak juga anak-anak berkategori gifted dengan IQ di atas 130 masuk dalam kategori gifted underachiever yaitu tidak berprestasi. Demikian pula bahwa anak yang dulu berprestasi akademik bagus di sekolah belum tentu sukes dalam bisnis dan pekerjaannya. Bagitu pula orang tua yang merasa kurang puas dengan hasil skor tes IQ anaknya di sekolah namun merasa anaknya mempunya potensi terutama di bidang-bidang tertentu, mulai tertarik dengan konsep kecerdasan jamak ini.
BAB II
PEMBAHASAN

A.   Pengertian Kecerdasan Jamak
Dari segi terminology jamak berarti banyak atau lebih dari satu. Berarti kecerdasan jamak itu kecerdasan yang lebih dari satu. Dalam bahasa aslinya kecerdasan jamak dikenal dengan istilah Multiple Intellegence(MI).

Teori Multiple Intelligences bertujuan untuk  mentransformasikan sekolah agar kelak sekolah dapat mengakomodasi setiap siswa dengan berbagai macam pola pikirnya yang unik. Howard Gardner (1993) menegaskan bahwa skala kecerdasan yang selama ini dipakai, ternyata memiliki banyak keterbatasan sehingga kurang dapat meramalkan kinerja yang sukses untuk masa depan seseorang.

Menurut Gardner, kecerdasan seseorang meliputi unsur-unsur kecerdasan matematika logika, kecerdasan bahasa, kecerdasan musikal, kecerdasan visual spasial, kecerdasan kinestetik, kecerdasan interpersonal, kecerdasan intrapersonal, dan kecerdasan naturalis.

Kecerdasan MI adalah berbagai jenis kecerdasan yang dapat dikembangkan pada anak, antara lain verbal-linguistik (kemampuan menguraikan pikiran dalam kalimat-kalimat,presentasi pidato,diskusi,tulisan), logical-mathematical (kemampuan logika-matematik dalam memacahkan berbagai masalah), visual spatial (kemampuan berpikir tiga dimensi), bodily-kinesthetic (keterampilan gerak,menari,olahraga), musical (kepekaan dan kemampuan berekspresi dan bunyi, nada, melodi, irama), intrapersonal (kemampuan memahami dan kengendalikan diri sendiri), interpersonal (kemampuan memahami dan menyesuaikan diri dengan orang lain), naturalist ( kemampuan memahami dan memanfaatkan lingkungan).

Kecerdasan jamak yaitu pandangan baru tentang kecerdasan yang dikemukakan Gadner (seperti yang dituliskan Thomas Amstrong “Menerapkan Multiple Intelligences di Sekolah” Kaifa 2004 hal 2), meliputi kecerdasan linguistik, kecerdasan matematis-logis, kecerdasan spasial, kecerdasan kinestetis-jasmani, kecerdasan musikal, kecerdasan interpersonal, kecerdasan intrapersonal, dan kecerdasan natural.

B.           Macam-Macam kecerdasan Jamak

1.            Kecerdasan Linguistik (Word Smart)

Kecerdasan linguistik merupakan kecerdasan dalam menggunakan kata secara efektif baik secara lisan maupun tulisan. Kecerdasan ini memiliki empat ketrampilan yaitu menyimak, membaca, menulis dan berbicara.
 Berikut kiat-kiat mengembangkan kecerdasan linguistik pada anak sejak usia dini :
a.    Mengajak anak berbicara sejak bayi
b.    Membacakan cerita atau mendongeng sebelum tidur atau kapan saja sesuai situasi dan kondisi
c.    Berdiskusi tentang berbagai hal yang ada di sekitar anak
d.    Bermain peran
e.    Memperdengarkan dan memperkenalkan lagu anak-anak


2.            Kecerdasan Logika Matematika (Number / Reasoning) Smart)

Kecerdasan logika matematika merupakan kecerdasan dalam menggunakan angka dan logika. Cara mengembangkan kecerdasan logika matematika pada anak antara lain dengan cara :
a.    Bermain puzzle, permainan ular tangga, domino dll
b.    Mengenal bentuk geometri
c.    Mengenalkan bilangan melalui sajak berirama dan lagu
d.    Eksplorasi pikiran melalui diskusi dan olah pikir ringan
e.    Memperkaya pengalaman berinteraksi dengan konsep matematika


3.            Kecerdasan Visual Spasial (Picture Smart)

Kecerdasan visual spasial merupakan kemampuan untuk memvisualisasikan gambar untuk memecahkan sesuatu masalah atau menemukan jawaban. Cara mengembangkan kecerdasan visual spasial pada anak adalah sebagai berikut :
a.    Mencorat coret
b.    Menggambar dan melukis
c.    Kegiatan membuat prakarya atau kerajinan tangan
d.    Mengunjungi berbagai tempat dapat memperkaya pengalaman visual anak
e.    Melakukan permainan konstruktif dan kreatif
f.     Mengatur dan merancang


4.            Kecerdasan Kinestetik (Body Smart)

Kecerdasan kinestetik adalah suatu kecerdasan dimana saat menggunakannya seseorang mampu atau terampil menggunakan anggota tubuhnya untuk melakukan gerakan seperti berlari, menari, membangun sesuatu, melakukan kegiatan seni dan hasta karya. Cara menstimulasi kecerdasan kinestetik pada anak antara lain sebagai berikut :
a.    Menari
b.    Bermain peran / drama
c.    Latihan ketrampilanfisik
d.    Olahraga


5.            Kecerdasan Musikal(MusicalSmart)

Kecerdasan musikal adalah kemampuan memahami aneka bentuk musikal dengan cara mempersepsi (penikmat musik), membedakan (kritikus musik), mengubah (composer) dan mengekspresikan (penyanyi). Cara mengembangkan kecerdasan musikal anak antara lain sebagai berikut :
a.    Beri kesempatan pada anak untuk melihat kemampuan yang ada pada diri mereka,buat mereka lebih percaya diri
b.    Pengalaman empiris yang praktis, buatlah penghargaan terhadap karya-karya yang dihasilkan anak
c.    Ajak anak menyanyikan lagu-lagu dengan syair sederhana dengan irama dan birama yang mudah diikuti


6.            Kecerdasan Interpersonal (People Smart)

Kecerdasan interpersonal adalah berpikir lewat berkomunikasi dan berinteraksi dengan orang lain. Kegiatan yang mencakup kecerdasan interpersonal yakni memimpin, mengorganisasi, berinteraksi, berbagi,menyayangi, berbicara, sosialisasi, menjadi pendamai, permainan kelumpok, klub, teman-teman, kelompok dan kerjasama. Cara mengembangkan kecerdasan interpersonal pada anak, yakni :
a.    Mengembangkan dukungan kelompok
b.    Menetapkan aturan tingkah laku
c.    Memberi kesempatan bertanggungjawab dirumah
d.    Bersama-sama menyelesaikan konflik
e.    Melakukan kegiatan sosial di lingkungan
f.     Menghargai perbedaan pendapat antara anak dan teman sebaya
g.    Menumbuhkan sikap ramah dan memahami keragaman budaya lingkungan social
h.    Melatih kesabaran menunggu giliran
i.      Berbicara serta mendengarkan pembicaraan orang lain terlebih dahulu


7.            Kecerdasan Intrapersonal (Self Smart)

Kecerdasan intrapersonal adalah kemampuan seseorang untuk berpikir secara reflektif yaitu mengacu kepada kesadaran reflektif mengenai perasaan dan proses pemikiran diri sendiri. Ada pun kegiatan yang mencakup kecerdasan ini adalah berpikir, meditasi, bermimpi, berdiam diri, mencanangkan tujuan, refleksi, merenung, membuat jurnal, menilai diri, waktu menyendiri, proyek yang dirintis sendiri dan menulis instropeksi.  Cara mengembangkan kecerdasan intrapersonal pada anak sebagai berikut :
a.    Menciptakan citra diri positif, “aku anak baik”, “saya anak yang rajin membantu ibu”, dll
b.    Ciptakan suasana serta kondisi yang kondusif di rumah yang mendukung pengembangan kemampuan intrapersonal dan penghargaan diri
c.    Menuangkan isi hati dalam jurnal pribadi
d.    Bercakap-cakap memperbincangkan kelemahan, kelebihan dan minat anak
e.    Membayangkan diri di masa datang, lakukan perencangan dengan anak semisal anak ingin seperti apa bila besar nanti


8.            Kecerdasan Naturalis (Natural Smart)

            Kecerdasan naturalis adalah kecerdasan untuk mencintai keindahan alam melalui pengenalan terhadap flora fauna yang terdapat di lingkungan sekitar dan juga mengamati fenomena alam dan kepekaan/kepedulian terhadap lingkungan sekitar. Stimulasi bagi pengembangan kecerdasan naturalis yakni :


a.    Jalan-jalan di alam terbuka
b.    Berdiskusi mengenai apa yang terjadi di alam sekitar
c.    Kegiatan ekostudi agar anak memiliki sikap peduli pada alam sekitar

9.    Kecerdasan Spiritual
Kecerdasan spiritual adalah kecerdasan dalam memandang makna atau hakikat kehidupan ini sesuai dengan kodrat manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa yang berkewajiban menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-nya.  Cara mengembangkan kecerdasan spiritual pada anak usia dini antara lain :
a.    Melalui teladan dalam bentuk nyata yang diwujudkan dalam perilaku baik lisan, tulisan maupun perbuatan
b.    Melalui cerita atau dongeng untuk menggambarkan perilaku baik buruk
c.    Mengamati berbagai bukti-bukti kebesaran Sang Pencipta seperti beragam binatang dan aneka tumbuhan serta kekayaan alam lainnya
d.    Mengenalkan dan mencontohkan kegiatan keagamaan secara nyata
e.    Membangun sikap toleransi kepada sesama sebagai makhluk ciptaan Tuhan

C.           Faktor- factor yang mempengaruhi Kualitas Kecerdasan
Kecerdasan multipel dipengaruhi 2 faktor utama yang saling terkait yaitu faktor keturunan (bawaan, genetik) dan faktor lingkungan. Seorang anak dapat mengembangkan berbagai kecerdasan jika mempunyai faktor keturunan dan dirangsang oleh lingkungan terus menerus.

Orangtua yang cerdas anaknya cenderung akan cerdas pula jika faktor lingkungan mendukung pengembangan kecerdasaannnya sejak didalam kandungan, masa bayi dan balita. Walaupun kedua orangtuanya cerdas tetapi jika lingkungannya tidak menyediakan kebutuhan pokok untuk pengembangan kecerdasannya, maka potensi kecerdasan anak tidak akan berkembang optimal. Sedangkan orangtua yang kebetulan tidak berkesempatan mengikuti pendidikan tinggi (belum tentu mereka tidak cerdas, mungkin karena tidak ada kesempatan atau hambatan ekonomi) anaknya bisa cerdas jika dicukupi kebutuhan untuk pengembangan kecerdasan sejak di dalam kandungan sampai usia sekolah dan remaja.

Tingkat kecerdasan seseorang berbeda-beda karena dalam perkembangan kecerdasan ada beberapa faktor-faktor kecerdasan tersebut adalah sebagai berikut :
1.    Faktor Bawaan
Dimana faktor ini ditentukan oleh sifat yang dibawa sejak lahir. Batas kesanggupan atau kecakapan seseorang dalam memecahkan masalah, antara lain ditentukan oleh faktor bawaan. Oleh karena itu, di dalam satu kelas dapat dijumpai anak yang bodoh, agak pintar, dan pintar sekali, meskipun mereka menerima pelajaran dan pelatihan yang sama.

2.    Faktor Minat dan Bawaan yang Khas
Dimana minat mengarahkan perbuatan kepada suatu tujuan dan merupakan dorongan bagi perbuatan itu. Dalam diri manusia terdapat dorongan atau motif yang mendorong manusia untuk berinteraksi dengan dunia luar, sehingga apa yang diminati oleh manusia dapat memberikan dorongan untuk berbuat lebih giat dan lebih baik.

3.    Faktor Pembentukan
Dimana pembentukan adalah segala keadaan di luar diri seseorang yang mempengaruhi perkembangan intelengensi. Di sini dapat dibedakan antara pembentukan yang direncanakan, seperti dilakukan di sekolah atau pembentukan yang tidak direncanakan, misalnya pengaruh alam sekitarnya.

4.    Faktor Kematangan
Dimana organ dalam tubuh manusia mengalami pertumbuhan dan perkembangan. Setiap organ manusia baik fisik maupun psikis, dapat dikatakan telah matang, jika ia telah tumbuh atau berkembang hingga mencapai kesanggupan menjalankan fungsinya masing-masing.

Oleh karena itu, tidak diherankan bila anak-anak belulm mampu mengerjakan atau memecahkan soal-soal matematika di kelas empat sekolah dasar, karena soal-soal itu masih terlampau sukar bagi anak. Organ tubuhnya dan fungsi jiwanya masih belum matang untuk menyelesaikan soal tersebut dan kematangan berhubungan erat dengan faktor umur.

D.   Cara Merangsang Kecerdasan Jamak
Untuk merangsang kecerdasan berbahasa verbal ajaklah bercakap-cakap, bacakan cerita berulang-ulang, rangsang untuk berbicara dan bercerita, menyanyikan lagu anak-anak dll.

Latih kecerdasan logika-matematik dengan mengelompokkan, menyusun, merangkai, menghitung mainan, bermain angka, halma, congklak, sempoa, catur, kartu, teka-teki, puzzle, monopoli, permainan komputer dll.
           
Kembangkan kecerdasan visual-spatial dengan mengamati gambar, foto, merangkai dan membongkar lego, menggunting, melipat, menggambar, halma, puzzle, rumah-rumahan, permainan komputer dll.

Melatih kecerdasan gerak tubuh dengan berdiri satu kaki, jongkok, membungkuk, berjalan di atas satu garis, berlari, melompat, melempar, menangkap, latihan senam, menari, olahraga permainan dll.

Merangsang kecerdasan musikal dengan mendengarkan musik, bernyanyi, memainkan alat musik, mengikuti irama dan nada.

            Melatih kecerdasan emosi inter-personal dengan bermain bersama dengan anak yang lebih tua dan lebih muda, saling berbagi kue, mengalah, meminjamkan mainan, bekerjasama membuat sesuatu, permainan mengendalikan diri, mengenal berbagai suku, bangsa, budaya, agama melalui buku, TV dll.

Melatih kecerdasan emosi intra-personal dengan menceritakan perasaan, keinginan, cita-cita, pengalaman, berkhayal, mengarang ceritera dll.

            Merangsang kecerdasan naturalis dengan menanam biji hingga tumbuh, memelihara tanaman dalam pot, memelihara binatang, berkebun, wisata di hutan, gunung, sungai, pantai, mengamati langit, awan, bulan, bintang dll.

            Merangsang kecerdasan spritual dengan cara melakukan kegiatan ibadah bersama-sama dan memberitahu sikap yang di perintahkan dan yang dilarang oleh Allah SWT.

            Bila anak mempunyai potensi bawaan berbagai kecerdasan dan dirangsang terus menerus sejak kecil dengan cara yang menyenangkan dan jenis yang bervariasi maka anak kita akan mempunyai kecerdasan yang jamak.



BAB III
SIMPULAN

Bermain adalah suatu kegiatan yang menyenangkan bagi anak dan bermain adalah suatu kebutuhan yang sudah ada (inheren) dalam diri anak. Dengan demikian, anak dapat mempelajari berbagai keterampilan dengan senang hati, tanpa merasa terpaksa atau dipaksa untuk mempelajarinya. Bermain mempunyai banyak manfaat dalam mengembangkan keterampilan anak. Sehingga anak lebih siap untuk menghadapi lingkungannya dan lebih siap untuk mengikuti pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi. Kecerdasan anak tidak hanya ditentukan oleh skor tunggal yang diungkap oleh tes inteligensi yang hanya mengukur kemampuan anak dalam bidang verbal linguistik dan logis matematis. Akan tetapi anak memiliki sejumlah kecerdasan yang berwujud dalam berbagai keterampilan dan kemampuan, yakni kecerdasan jamak.

Kecerdasan jamak adalah teori kecerdasan yang menyatakan bahwa individu memiliki paling tidak 8 jenis kecerdasan, yaitu kecerdasan verbal linguistik, logis matematis, visual spasial, kinestetik, musik, intrapribadi, antarpribadi, dan naturalis.

Masing-masing kecerdasan dapat berkembang optimal secara bersamaan jika mendapat kesempatan untuk di kembangkan. Teori kecerdasan jamak perlu dipahami oleh guru, orang tua dan para pendidik lainnya agar dapat membantu mengembangkan macam-macam kecerdasan yang dimiliki anak. Jadi tidak hanya mengembangkan kecerdasan verbal linguistik dan logis matematis saja. Kecerdasan jamak dapat diaplikasikan dengan berbagai cara dan berbagai aspek dalam kegiatan pembelajaran.



DAFTAR PUSTAKA

Gardner,Howard. Frames of Mind. The Theory of Multiple Inteligences. New York: Basic Books. 1983

Gardner,Howard. Kecerdasan Majemuk, Teori dalam Praktek, alih bahasa Alexander Sindoro. Batam: Interaksara. 2003

Http://paud-um-ceria.blogspot.com/2010/10/dasar-dan-kerangka-dari-teori.html

Nurlaila N.Q. dan Yul Iskandar. Pendidikan Anak Dini Usia (PADU) untuk mengembangkan Multipel Inteligensi. Jakarta: Dharma Graha Group.2004


                                Makalah Interaksi sosial dalam dunia pendidikan
Oleh: Al-Munawir

PENDAHULUAN
Sebelum membahas Interaksi sosial dalam dunia pendidikan terlebih dahulu  kita mengetahui pengertian norma dan pengertian interaksi dibawah ini:

A.        Pengertian Norma
Dari segi bahasa Norma berasal dari bahasa inggris yakni norm. Dalam kamus oxford norm berarti usual or expected way of behaving, yaitu norma umum yang berisi bagaimana cara berprilaku. Norma adalah patokan prilaku dalam satu kelompok tertentu, norma memungkinkan sesorang untuk menentukan terlebih dahulu bagaimana tindakannya itu akan dinilai oleh orang lain, norma juga merupakan kriteria bagi orang lain untuk mendukung atau menolak prilaku seseorang. Norma pada dasarnya adalah bagian dari kebudayaan, karena awal dari sebuah budaya itu sendiri adalah intraksi antara manusia pada kelompok tertentu yang nantinya akan menghasilkan sesuatu yang disebut norma. (http://warokakmaly.blogspot.com).

B.        Pengertian Interaksi
Dalam bukunya Drs. Soetomo istilah interaksi adalah suatu hubungan timbal balik antara orang satu dengan orang lainnya. Di dalam ilmu sosiologi interaksi selalu dikaitkan dengan istilah sosial yaitu hubungan timbal balik atau aksi dan reaksi diantara orang-orang, yang mana interaksi sosial tidak memperdulikan hubungan tersebut bersifat bersahabat atau bermusuhan, formal atau informal, apakah dilakukan berhadapan muka secara langsung atau melalui komunikasi yang tidak berhadapan secara langsung. Yang penting dalam interaksi ini adalah adanya kontak dan komunikasi diantara orang-orang itu. (http://id.shvoong.com/)

Jadi interaksi sosial dalam dunia pendidikan adalah  hubungan timbal balik antara guru yang bersifat edukatif (mendidik) hal mana interaksi itu harus diarahkan pada suatu tujuan tertentu yang bersifat mendidik yaitu adanya perubahan tingkah laku anak didik kearah kedewasaan. Dalam interaksi belajar mengajar, seorang guru sebagai pengajar akan berusaha secara maksimal dengan menggunakan berbagai ketrampilan dan kemampuannya agar anak dapat mencapai tujuan yang diharapkan.

Oleh karena itu guru harus dapat menciptakan situasi agar anak dapat belajar, sebab sebenarnya proses belajar mengajar itu belum dapat dikatakan berakhir kalau anak belum dapat belajar dan belum mengalami perubahan tingkah laku. Karena perubahan tingkah laku itu sendiri merupakan hasil belajar.

Dan bagaimana hubungannya dengan norma?


PEMBAHASAN
Semenjak manusia dilahirkan akan tumbuh dan berkembang dengan melalui interaksi sosial yang mereka kembangkan. Oleh sebab itu banyak ahli sosiologi mengatakan bahwa inti proses sosial ada pada interaksi sosial. Pada saat itu pula secara berangsur-angsur mulai tumbuh pengenalan akan norma. Norma tersebut antara lain adalah norma sosial, norma keluarga, norma agama (Judistira Ghrama, 1991:4). Jadi seorang manusia yang mendapatkan norma (cara berperilaku) yang baik tentu melalui pendidikan yang baik, dan pendidikan yang baik harus dibarengi dengan interaksi yang baik pula dari seseorang yang menyampaikan pendidikan kepadanya.

Pada norma tersebut (Soedjatmoko, 1973:30). Pokok utama pengenalan norma tadi kebanyakan melalui interaksi sosial. Sebagai contoh kongkrit tentang norma; seseorang dapat dikategorikan berhasil dalam pendidikan formal apabila telah memenuhi tuntutan norma yang melekat. Norma tersebut antara lain lulus ujian pada tingkat tertentu, atau pada jenjang pendidikkan tertentu yang dituntutnya. Norma ini juga akan mengiring seseorang pada tataran/jenjang sosial tertentu dalam proses pendidikan.

Norma pendidikan serupa ini ditegaskan oleh Harahap (1979:17) bahwa norma itu merupakan kriteria atau ukuran tentang sesuatu untuk menentukan sesuatu itu buruk, baik, gagal atau berhasil. Kaitannya dengan dengan tugas guru, berarti guru yang juga bertugas memberikan penilaian, ini berarti juga menerapkan norma pada sesuatu. Sesuatu tadi diantarnya proses hasil belajar. uraian tersebut jika didefenisikan secara padat itulah disebut prestasi belajar. Oleh sebab itu dapat dikatakan bahwa prestasi belajar siswa merupakan hasil akhir dari suatu rangkaian proses kegiatan yang merupakan interaksi sejumlah komponen Belajar-Mengajar dengan diri siswa. Kemudian dihubungkan dengan norma tertentu yang distandardisir serta terukur.

Adapun yang termasuk dalam komponen Belajar-Mengajar dari pihak guru ialah, intensitas guru memberikan pelajaran, cara atau metoda mengajar, bimbingan yang diberikan guru sehingga terjadi proses pemahaman dalam belajar. Surahmad (1973:162) lebih jauh menjelaskan bahwa pemahaman belajar itu akan terbentuk apabila:

(1) belajar terjadi dalam kondisi yang berarti secara individual

(2) adanya interaksi sosial yang intens antara guru dengan murid

(3) hasil pelajaran adalah kebulatan tingkah laku

(4) siswa menghadapi secara pribadi

(5) belajar adalah mengalami.

Berkaitan dengan point dua di atas maka keputusan pemerintah untuk mengembangkan konsep kokurikuler dalam kegiatan Proses Belajar-Mengajar adalah suatu yang tepat. Sebab interaksi sosial paling dimungkinkan dalam rangka pengembangan tugas-tugas kokurikuler. Adapun pengertian kokurikuler sendiri diartikan sebagai kegiatan diluar jam pelajaran biasa yang bertujuan agar siswa lebih mendalami dan menghayati apa yang dipelajarinya pada kegiatan intrakurikuler baik program inti maupun program khusus (Team Penyusun Instruksional Dirjen Dikdasmen, 1985:1). Dengan kegiatan kokurikuler ini akan terjalin interaksi sosial antara guru dan murid, sehingga terbentuklah suasana belajar yang kondusif.

Tallcot Parsons (1978:12), mengatakan seperti yang dikutip oleh situs http://massofa.wordpress.com: ternyata bahwa medan interaksi sosial dapat membangun kedekatan jarak ini akan membuahkan tingkat keintiman antara pelaku sosial. Dengan keadaan demikian ini berakibat pada sikap saling terbuka untuk saling memahami, saling menghayati antara satu dengan yang lain. Munculnya pemahaman ini karena munculnya empaty antara guru dengan muridnya. Empaty yang dikemukankan mampu merasakan yang orang lain rasakan, adalah suatu tataran tingkat tinggi dari proses sosial melalui interaksi sosial.

proses interaksi sosial yang bermuatan pendidikan akan terjadi dengan munculnya proses sosialisasi. Termasuk dalam proses ini meliputi antara lain;
a. Kerjasama
Kerjasama yang diberi makna oleh Soekamto (1990:79) sebagai suatu usaha bersama antara perorangan atau kelompok manusia untuk mencapai satu atau beberapa tujuan bersama.
Kondisi ini jika dilihat di dunia pendidikan,maka kegiatan kokurikuler merupakan media untuk membangun hubungan kerja sama antara guru dengan murid dalam rangka mencapai tujuan pendidikan.

b. Akomodasi.
Istilah akomodasi dipergunakan dalam dua arti (Soekamto,1990:82) yaitu untuk menunjukkan pada suatu keadaan, dan menunjukan pada suatu proses. Akomodasi yang menunjukan pada suatu keadaan, berarti adanya suatu keseimbangan dalam interaksi antara para pelaku interaksi dengan nilai-nilai sosial atau norma-norma sosial yang berlaku dalam masyarakat. Akomodasi sebagai suatu proses menunjukan pada usaha-usaha pelaku interaksi untuk meredakan sutu pertentangan karena ketidak sepahaman,g una mencapai suatu kestabilan.

Akomodasi pada paparan ini lebih mengacu kepada akomodasi dalam bentuk proses. Melalui kegiatan kokurikuler diharapkan terbentuk saling pengertian antar guru dengan murid sesuai dengan posisi masing-masig. Pertentangan karena ketidaktahuan keadaan diri pada masing-masing pelaku interaksi. Dapat terjembatani oleh karena adanya kegiatan kokurikuler antara guru dengan murid.


Kesimpulan
Interakasi Sosial dalam dunia pendidikan sebenarnya adalah hubungan interaksi antara guru dan murid dalam proses pembelajaran atau proses knowlage sehingga terbentuklah norma yang diharapkan ke dalam diri seorang manusia yang mengenyam pendidikan.

Dan salah satu agar interaksi sosial itu berjalan dengan baik dikembangkan pula kegiatan kokurikuler yang dikembangkan oleh pemerintah terhadap sekolah-sekolah yang ada di indonesia. Kegiatan kokurikuler yang dikembangkan untuk proses belajar itu akan maksimal dan berhasil apabila diadakan secara terprogram dan guru mampu memprogram kegiatan kokurikuler dengan cara mengoptimalkan potensi yang dimiliki oleh siswa. Potensi tersebut meliputi; keinginan untuk berhubungan dengan orang lain, mengaktualisasikan dirinya dengan dunia, melalui bimbingan guru.

Dengan melaksanakan kegiatan kokurikuler tersebut pekerjaan guru menjadi semakin berat. Diakui bahwa mendesain kegiatan kokurikuler memerlukan pelatihan dan kesiapan yang tidak mudah. Namun demikian jika sistem ini diterapkan sekalipun minimal, maka akan dapat dirasakan dampaknya terhadap kemajuan belajar para murid.


Daftar Pustaka

Gharna. 1991. Perubahan Sosial. Pascasarjana Unpad. Bandung

Harahap, Nasrun. 1979. Evaluasi Pendidikan. Maarif. Surabaya.

Http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2261194-pengertian-interaksi/#ixzz28kyXfRgu

Http://warokakmaly.blogspot.com/2011/06/pengertian-norma-dan-macamnya.html Judistira

Soedjatmoko. 1984. Dimensi Manusia Dalam Pembangunan. PK3ES Jakarta.

Soerjono Soekamto. 1990. Pengantar Sosiologi. Rajawali Press. Jakarta

Surakhmad, Winarno. 1974. Dasar dan teknik Interaksi Mengajar Belajar. Tarsito. Bandung.

Tallcot Parsons. 1978. Sociology. Alfred A Knof. New York. Di terj http://massofa.wordpress.com/2010/10/18/interaksi-sosial-antara-guru-dengan-murid-dalam-kegiatan-kurikuler-dan-kaitannya-dengan-peningkatan-prestasi-belajar/


Tim Dirjen Pendidikan Dasa dan Menengah Umum. 1985. Tujuan Instruksional. jakarta.

No comments: