Thursday, November 6, 2014

Makalah Pengembangan Sains Dan Teknologi Dalam Prespektif Islam

Makalah Pengembangan Sains Dan Teknologi Dalam Prespektif Islam
Oleh Herif De Rifhara
 KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur hanya bagi Allah SWT.karena berkat rahmat dan nikmat-Nya lah kami dapat menyusun dan menyelesaikan makalah ini.

Shalawat dan salan tidak lupa pula kita kirimkan buat junjungan alam, yakni nabi Muhammad SAW.

Penyajian makalah ini bertujuan untuk mempermudah kita dalam memahami dan mempelajari tentang Pengembangan Sain dan Teknologi dalam perspektif Islam.


BAB I
PENDAHULUAN
   
            Tolak ukur era modern ini adalah sains dan teknologi. Sains dan teknologi mengalami perkembangan yang begitu pesat bagi kehidupan manusia. Dalam setiap waktu para ahli dan ilmuwan terus mengkaji dan meneliti sains dan teknologi sebagai penemuan yang paling canggih dan modern. Keduanya sudah menjadi simbol kemajuan pada abad ini. Oleh karena itu, apabila ada suatu bangsa atau negara yang tidak mengikuti perkembangan sains dan teknologi, maka bangsa atau negara itu dapat dikatakan negara yang tidak maju dan terbelakang.
Islam tidak pernah mengekang umatnya untuk maju dan modern. Justru Islam sangat mendukung umatnya untuk melakukan research dan bereksperimen dalam hal apapun, termasuk sains dan teknologi. Bagi Islam sains dan teknologi adalah termasuk ayat-ayat Allah yang perlu digali dan dicari keberadaannya. Ayat-ayat Allah yang tersebar di alam semesta ini, dianugerahkan kepada manusia sebagai khalifah di muka bumi untuk diolah dan dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya.
Pandangan Islam tentang sains dan teknologi dapat diketahui prinsip-prinsipnya dari analisis wahyu pertama yang diterima oleh Nabi Muhammad saw.
“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, Dia Telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam, Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. (QS. Al-'alaq: 1-5)”

Peradaban Islam pernah memiliki khazanah ilmu yang sangat luas dan menghasilkan para ilmuwan yang begitu luar biasa. Ilmuwan-ilmuwan ini ternyata jika kita baca, mempunyai keahlian dalam berbagai bidang. Sebut saja Ibnu Sina. Dalam umurnya yang sangat muda, dia telah berhasil menguasai berbagai ilmu kedokteran. Mognum opusnya al-Qanun fi al-Thib menjadi sumber rujukan utama di berbagai Universitas Barat.
Selain Ibnu Sina, al-Ghazali juga bisa dibilang ilmuwan yang representatif untuk kita sebut di sini. Dia teolog, filosof, dan sufi. Selain itu, dia juga terkenal sebagai orang yang menganjurkan ijtihad kepada orang yang mampu melakukan itu. Dia juga ahli fiqih. Al-Mushtasfa adalah bukti keahliannya dalam bidang ushul fiqih. Tidak hanya itu, al-Ghazali juga ternyata mempunyai paradigma yang begitu modern. Dia pernah mempunyai proyek untuk menggabungkan, tidak mendikotomi ilmu agama dan ilmu umum. Baginya, kedua jenis ilmu tersebut sama-sama wajib dipelajari oleh umat Islam.
Adapun kondisi umat Islam sekarang yang mengalami kemunduran dalam bidang sains dan teknologi adalah disebabkan oleh berbagai hal. Sains Islam mulai terlihat kemunduran yang signifikan adalah selepas tahun 1800 disebabkan faktor eksternal seperti pengaruh penjajahan yang dengan sengaja menghancurkan sistem ekonomi lokal yang menyokong kegiatan sains dan industri lokal. Contohnya seperti apa yang terjadi di Bengali, India, saat sistem kerajinan industri dan kerajinan lokal dihancurkan demi mensukseskan “revolusi industri” di Inggris.
Sains dan teknologi adalah simbol kemodernan. Akan tetapi, tidak hanya karena modern, kemudian kita mengabaikan agama sebagaimana yang terjadi di Barat dengan ideologi sekularisme. Karena sains dan teknologi tidak akan pernah bertentangan dengan ajaran Islam yang relevan di setiap zaman.
Di dunia Islam, ilmu pengetahuan modern mulai menjadi tantangan nyata sejak akhir abad ke-18, terutama sejak Napoleon menduduki Mesir pada 1798 dan makin meningkat setelah sebagian besar dunia Islam menjadi wilayah jajahan atau pengaruh Eropa. Serangkaian peristiwa kekalahan berjalan hingga mencapai puncaknya dengan jatuhnya Dinasti Usmani di Turki. Proses ini terutama disebabkan oleh kemajuan teknologi militer Barat.
Ketika sains dan teknologi Muslim tertinggal dari Eropa dan berusaha mengejar ketertinggalan itu maka timbulah dua sikap, yaitu merumuskan sikap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi peradaban Barat modern, serta sikap terhadap tradisi Islam. Kedua unsur ini masih mewarnai pemikiran Muslim hingga kini.
Saat ini sains teknologi telah dikuasai dunia Barat yang jelas-jelas ingin menghancurkan umat Islam, seperti yang dilakukan oleh Israel terhadap Palestina. Karena teknologi yang tidak dilandasi dengan akhlakul kharimah akan menjadi penghancur dan merusak bumi. Padahal Islam sejak turunnya kitab suci Al Qur’an dan diutusnya Nabi Muhammad saw. sebagai Rasulullah. Menunjukkan bahwa teknologi yang terkandung di dalam kitab suci Al-Qur’an akan membawa rahmat bagi segenap umat di muka bumi ini.
BAB II
PEMBAHASAN

A.   Pengertian Sain
Menurut Kamus Bahasa, sains adalah ilmu pengetahuan yang teratur (sistematik)yang boleh diuji atau dibuktikan kebenarannya. Ia juga merupakan cabang ilmu pengetahuan yang berdasarkan kebenaran atau kenyataan semata-mata, misalnya sainsfisika, kimia, biologi, astronomi, termasuk-lah cabang-cabang yang lebih detil lagi sepertihematologi (ilmu tentang darah), entomologi, zoologi, botani, cardiologi, metereologi (ilmutentang kajian cuaca), geologi, geofisika, exobiologi (ilmu tetang kehidupan di angkasaluar), hidrologi (ilmu tentang aliran air), aerodinamika (ilmu tentang aliran udara) dan lain-lain.

B.    Pengertian Teknologi
Teknologi adalah kemampuan teknik dalam pengertiannya yang utuh dan menyeluruh, bertopang kepada pengetahuan ilmu‑ilmu alam yang bersandar kepada proses teknis tertentu. Sedangkan teknik adalah pengetahuan dan kepandaian membuat sesuatu yang berkenaan dengan hasil industri (bangunan, mesin dsb).

Istilah teknik, berasal dari bahasa Yunani teknikos, artinya dibuat dengan keahlian. Secara luas, teknik adalah semua manifestasi dalam arti materiil yang lahir dari daya cipta manusia untuk membuat segala sesuatu yang bermanfaat guna mempertahankan kehidupan.

Dalam arti klasik teknik adalah ilmu pengetahuan dalam pengertian luas, yang bertopang kepada ilmu‑ilmu alam dan eksakta yang mewujudkan ilmu‑ilmu : perencanaan, konstruksi, pengamanan, utilitas, tepat guna, dan sebagainya dari semua bangunan teknik, sipil maupun militer.

Teknik sipil seperti gedung, kereta api, jalan raya, jembatan-jembatan, saluran air, bendungan, pelabuhan, lapangan terbang, bangunan, mesin, serta segala peralatan yang digunakan bagi kepentingan manusia di darat, laut dan udara. Teknik militer seperti : konstruksi perbentengan, mesin‑mesin untuk peperangan, bangunan pertahanan dan persenjataan serta peralatan peperangan. Kemudian timbul teknik mesin secara terpisah untuk merencanakan dan membuat mesin-mesin.

Pengertian teknik modern, meliputi lapangan-lapangan aeronautika, pertanian, kimia, sipil, elektro,  geologi, industri mesin-mesin, ilmu logam, fisika dan lain-lain. Teknik bahkan meliputi bidang industri, manajemen, perekonomian, kedokteran, pengobatan, fisika nuklir, kebudayaan,  kesenian, politik dan sosiologi (misalnya: social engineering).

1.    Teknologi Sebagai Penerapan Sains
Teknologi adalah penerapan sains secara sistematik untuk memanfaatkan alam di sekelilingnya dan mengendalikan gejala-gejala yang dapat dikemudikan manusia dalam proses produktif dan ekonomis. Istilah sains berasal dari science yang merupakan penyebutan kelompok ilmu-ilmu pasti alam yang sangat erat kaitannya dengan penerapannya dalam bentuk teknologi. Sains dikembangkan untuk mempertahankan hidup, untuk mempermudah pekerjaan, atau untuk memperlancar hubungan dengan sesama manusia.

Munculnya sains dimulai dari adanya keingintahuan manusia akan segala sesuatu yang ada di hadapannya. Keingintahuan itu muncul karena adanya energi listrik, baik yang terdapat di dalam benda (objek) maupun yang ada di dalam diri manusia sendiri (sebagai subjek). Pengetahuan yang disusun cara sistematis dengan metode tertentu itulah yang kemudian disebut sebagai ilmu pengetahuan.

Ilmu Pengetahuan yang terdiri dari kata ilmu (science) dan pengetahuan (knowledge) merupakan suatu proses menemukan kebenaran pengetahuan. Karena. itu, ilmu pengetahuan harus mempunyai sifat ilmiah, yaitu pengetahuan yang diperoleh secara metodis, sistematis dan logis.

Metodis maksudnya adalah bahwa pengetahuan itu diperoleh dengan cara kerja yang terperinci, baik yang bersifat induktif maupun deduktif, sesuai dengan tahapan‑tahapan metode ilmu, misalnya dimulai dengan (1) observasi, (2) perumusan masalah, (3) pengumpulan dan pengklasifikasian data, (4) membuat generalisasi, (5) perumusan hipotesis, dan (6) membuat verifikasi.

Metode berasal dari, kata Yunani Hodos yang berarti cara atau jalan. Tujuan ilmu pengetahuan adalah memperoleh kebenaran. Dengan demikian, metode ilmu dapat diartikan sebagai jalan atau cara untuk memperoleh kebenaran. Sistematis maksudnya, pengetahuan tersebut merupakan suatu keseluruhan yang mandiri dari hal‑hal yang saling berhubungan sehingga dapat dipertanggung‑jawabkan. Logis artinya bahwa proposisi atau pernyataan yang satu dengan yang lain mempunyai hubungan yang rasional sehingga dapat ditarik suatu kesimpulan yang rasional. Membuat verifikasi maksudnya adalah melakukan pengujian terhadap kebenaran ilmu pengetahuan tersebut. Karena itulah, ilmu pengetahuan mempunyai ciri dapat memprediksi atau meramalkan apa yang akan terjadi, dapat menghasilkan suatu kesimpulan yang bersifat umum, dan dapat dibantah atas dasar pengamatan dan pemeriksaan.

Dapat diramalkan apa yang akan terjadi karena ilmu pengetahuan adalah hasil pemikirandan pengamatan manusia terhadap alam semesta yang tersusun padanya hukum-hukum Allah yang bersifat tetap, pasti, dan tidak berubah dan seimbang. Hukum-hukum Allah yang diberlakukan pada alam ini dikenal dengan “sunnatullah” atau hukum alam. Tetapi bukanlah hukum alamsebagai yang dipahami oleh kalangan materialisme, bahwa hukum-hukum itu secara mekanis dan otomatis berlaku pada alam serta ada dengan sendirinya tanpa ada yang menciptakannya.

Sebagai suatu contoh, yang dihasilkan oleh pengamatan dan percobaan yang berkali-kali, jika air dipanaskan hingga 100 derajat C pasti akan mendidih. Maka dapat disimpulkan bahwa air yang dipanaskan 100 derajat akan mendidih. Meskipun dapat menghasilkan kesimpulan umum,  namun kesimpulan tersebut dapat dibantah. Jika terjadi pembuktian yang lain. Artinya, hukum-hukum yang diberlakukan oleh Sang Pencipta di alam ini bersifat pasti, dan seimbang, tiada cacat, tapi ilmu manusia sebagai hasil penyelidikannya terhadap ilmu Allah itu, memiliki kebenaran yang nisbi atau relatif bisa benar di suatu masa, tapi di masa lain dapat saja salah. Demikian juga ramalan, seperti ramalan cuaca umpamanya, tidak bersifat pasti, bisa benar dan bisa pula salah.

2.    Teknologi Sebagai Alat
Mulanya manusia makan apa  yang ada disekitarnya, sebagai pemberian alam tanpa mengolahnya, seperti buah liar di hutan, daun-daunan, dan hewan-hewan yang bisa ditangkap tanpa alat dan memakannya tanpa dimasak. Lama-lama, manusia berpikir dan menemukan alat sederhana dari pecahan batu untuk menangkap hewan dan menemukan api untuk memasak daging. Dalam proses yang lama sekali, baru ditemukan alat memasak sederhana, dan setelah manusia maju, banyak ditemukan alat­-alat yang praktis untuk menghantar panas, sehingga memasak makanan dapat dilakukan dengan mudah dan cepat. Sumber panas yang mulanya hanya api, setelah ditemukan listrik banyak alat ditemukan untuk mengolah beraneka macam kebutuhan, bukan saja untuk urusan makan dan minum, bahkan penerangan, elektronik, otomotip, dsb.

Dalam rangka mengembangkan ilmu pengetahuan misalnya, manusia mulanya hanya memperoleh pengetahuan dengan melihat, mendengar, dan mengalami apa yang ada dan terjadi di sekitarnya. Kadang-kadang ia belajar dari hewan untuk melakukan dan memecahkan sesuatu persoalan yang rumit. Kadang seseorang dalam keadaan terdesak dapat menemukan suatu jalan untuk mengatasinya yang kemudian dapat ditiru atau diajarkannya kepada yang lain. Tapi banyak  pula cara yang ditemukan oleh gabungan pemikiran banyak orang dalam kelompoknya, sehingga dapat kita temukan beraneka cara yang berbeda‑beda dalam masyarakat tertentu dalam mengatasi suatu persoalan yang sama.

Manusia dalam berkomunikasi antara sesama kelompok dan kemudian dengan kelompok lain, mulanya hanya dengan isyarat, kemudian dengan kata‑kata sederhana, dan seterusnya manusia mulai menggunakan sandi‑sandi atau gambar‑gambar binatang sebagai permulaan berkomunikasi dengan tulis.
Setelah masyarakat manusia mulai banyak, dan kebutuhan berkomunikasi dengan berbagai kelompok diperlukan, digunakanlah alat tulis sederhana dengan bahan kertas dari daun, pelepah pohon, dan tulang-tulang, sebagai ganti dari cadas di dinding gua, dan lempingan batu. Alat tulis, mulanya sederhana pula diambil dari batu lunak, atau arang, ,dan kemudian ditemukan pena dari bulu ayam, atau bulu angsa. Kini setelah melalui proses panjang telah diproduksi beraneka macam pena, mesin tik, mesin cetak, dan bahkan sekarang ini komputer dan bahkan cetak jarang jauh.
Demikianlah proses panjang harus dilalui yang akhirnya di zaman teknologi ini berbagai alat ditemukan yang semuanya bermula dari penemuan-penemuan ilmu pengetahuan dengan dalil-dalilnya yang pasti, sehingga dapat diterapkan dalam bentuk teknologi nyata berupa alat-alat yang dapat mempermudah kehidupan umat manusia.



  C.   Islam memandang teknologi
Salah satu karakteristik Islam yang membedakan dengan ajaran lainnya adalah syumul. Islam adalah agama samawi yang menjamah seluruh aspek-aspek kehidupan. Sifatnya yang menyeluruh membuat tidak ada sudut sekecil apapun yang tidak dapat disentuh oleh nilai-nilai Islam. Begitu pula dengan teknologi, dalam hal ini Islam juga berperan besar dalam kemajuannya, pengembangannya, sampai pada pengawasannya. Salah besar jika kita meganggap teknologi bukan bagian dari Islam ataupun Islam tidak membahas mengenai teknologi.
Islam tidak hanya mengajarkan ilmu-ilmu keagamaan seperti tafsir, hadist, fiqh, dan yang lainnya. Islam juga mencakup segala ilmu yang ada, mulai dari bakteri terkecil hingga pergerakan semesta alam melalui ilmu astronominya. Bahkan telah banyak ahli-ahli keilmuan Islam ataupun teori-teori ilmuan Islam yang menjadi dasar atau panduan bagi ilmuan-ilmuan Eropa. Namun tidak saat ini, Islam telah kehilangan ruh keislamannya, umat saat ini telah lupa akan hal ini, mereka terlalu sibuk memikirkan diri sendiri, memikirkan ibadah vertikal saja. Teknologi saat ini sudah tidak mencerminkan nilai-nilai keislaman yang dulu dilahirkan para ilmuan kita. Bahkan sudah banyak kita lihat teknologi yang disalahgunakan manfaatnya dimana-mana.
Inilah permasalahan dalam dunia teknologi kita. Dimana dengan adanya teknologi justru menimbulkan ketidakseimbangan lingkungan di sekitar kita. Hal ini terjadi saat teknologi telah keluar dari fungsi dan manfaat sebenarnya. Hal ini terjadi saat moral-moral para pembuat ataupun pengguna telah mengalami kemerosotan. Mereka terlalu tamak sehingga memakai teknologi sebagai alat pemuas mereka tanpa memikirkan dampaknya.
Sudah saatnyalah kita mengembalikan teknologi pada jalur yang sebenarnya. Jalur dimana Islam secara menyeluruh ataupun nilai-nilainya tertanam kuat dalam dunia teknologi kita. Sebuah Islamisasi ilmu dan pengetahuan kiranya dapat menjadi obat untuk permasalahan diatas. Bukanlah tidak mungkin untuk menerapkan sebuah konsep Islam dalam dunia teknologi bukan hanya sebagi pengerem kerusakan yang lebih banyak ditimbulkannya, tetapi juga demi terwujudnya kebangkitan umat islam.
Kunci utamanya terletak pada manusia-manusianya, pada kader-kader kita, pemuda-pemuda yang nantinya akan banyak berperan di bidangnya masing-masing. Diharapkan, kita tidak hanya mempelajari ilmu keduniannya saja, ilmu keilmiahan, teknologi, ataupun sejenisnya. Perlu pula sebuah pendalaman terhadap aqidah kita, perbaikan terhadap akhlak, serta ilmu keislaman lainnya secara menyeluruh. Ataupun sebaliknya, jangan sampai kita terlena, tersibukkan pada penghambaan diri kita kepada Yang Maha Esa sampai-sampai kita melupakan ilmu-ilmu yang akan bermanfaat bagi kemaslahatan umat di dunia.

D.   Islam dan pengembangan ilmu pengetahuan
Agama Islam bersumber dari wahyu Allah SWT sehingga memberikan dasar-dasar pedoman yang obyektif yang berlaku umum (universal) bagi seluruh umat manusia di muka bumi, sedangkan ilmu pengetahuan bersumber dari pikiran manusia yang disusun berdasarkan hasil penyelidikan alam. Ilmu pengetahuan bertujuan mencari kebenaran ilmiah yaitu kebenaran yang sesuai dengan kaidah-kaidah ilmiah.
Menurut ukuran nilai-nilainya bersifat transcendental. Artinya nilai-nilainya tidak hanya diukur menurut tuntutan hidup manusia di dunia semata, melainkan juga tuntutan hidup setelah mati. Antara nilai-nilai untuk kehidupan manusia sebagai hamba Allah dengan nilai-nilai di alam akhirat. Dengan demikian, jangkauan nilai-nilai agama itu jauh hingga mencapai kehidupan di alam abadi. Sebagai contoh dapat dikemukakan bahwa apabila kita melaksanakan perintah dan menjauhi larangan Tuhan, seperti telah ditetapkan dalam kitab suci-Nya, maka berarti kita merealisasikan ketentuan nilai-nilai hidup selaku hamba Allah. Dengan demikian, Allah akan memberikan balasan pahala yang mengandung nilai-nilai kebahagiaan di alam akhirat nanti
Islam bukan hanya terbuka terhadap pembaharuan yang dilakukan ilmu pengetahuan, melainkan juga mendorong dicapainya kemajuan bidang tersebut. Dorongan ke arah penguasaan ilmu pengetahuan dapat dilihat dengan banyaknya firman Allah SWT yang menganjurkan manusia untuk memahami alam. Alam adalah ciptaan Allah yang menjadi obyek ilmu pengetahuan. Misal dapat kita lihat pada firman Allah dibawah ini;
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati (kering)-nya dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi; sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan” (Qs. Al- Baqarah:164).
“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah menciptakan langit dan bumi dan berlain-lainan bahasamu dan warna kulitmu. Sesungguhnya pada yang demikan itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang mengetahui. Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah tidurmu di waktu malam dan siang hari dan usahamu mencari sebagian dari karuniaNya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang mendengarkan” (Qs. Ar- Rum:22-23).

Islam dengan kitab suci Al-Qur’an mendorong umat manusia berfikir dan menyelidiki rahasia kebesaran Tuhan melalui sekitar 300 buah ayat kalimat-kalimat-Nya. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa ajaran agama demikian itu tidak lain adalah suatu agama untuk berilmu. Ilmu yang mendorong Islam adalah ilmu pengetahuan duniawi dan ukhrawi yang saat sekarang telah dijabarkan menjadi berbagai jenis ilmu pengetahuan seperti ilmu-ilmu yang termasuk kelompok sosial dan ilmu-ilmu natural (alam). Sedangkan yang dijadikan objek penelitian dan pengembangan ilmu-ilmu tersebut adalah diri manusia sendiri, baik orang perorangan maupun kelompok, serta kenyataan alam semesta yang penuh rahasia kebesaran Tuhan.
Sesungguhnya Islam bukan sebagai agama untuk akhirat semata, melainkan juga agama untuk peradaban umat manusia secara menyeluruh, yang mengandalkan kekuatan akal-budi untuk menghasilkan berbagai jenis ilmu pengetahuan. Islam mengajarkan tentang perlunya manusia mempergunakan akal kecerdasan untuk meraih kemajuan baik di dunia maupun di akhirat dengan berlandaskan ilmu pengetahuan. Nabi bersabda;
Artinya: “Barang siapa menghendaki hidup duniawi, haruslah dengan ilmu; dan barangsiapa menghendaki hidup ukhrawi haruslah dengan ilmu; barangsiapa menghendaki keduanya haruslah dengan ilmu”
Dengan demikian jelaslah bahwa semua bidang pekerjaan, profesi, dan keahlian, manusia wajib memperjuangkan demi kemajuan masing-masing bidang sesuai yang digelutinya, yang bertolak dari disiplin ilmu masing-masing. Demikian ini merupakan hakikat hidup di dunia, tanpa ilmu pengetahuan seseorang tidak akan dapat memperoleh puncak keberhasilan.

  E.   Motivasi Islam Dalam Pengembangan Teknologi
Dalam rangka tugas kekhalifahannya, manusia terus berupaya dan berusaha mencari tahu bagaimana cara memanfaatkan alam yang terhampar luas ini. Bukanlah Allah telah menyediakan alam semesta untuk manusia. Bersumber pada ayat-ayat (tanda-tanda kekuasaan dan kebesaran) Allah SWT di alam raya ini, akal manusia melahirkan banyak sekali cabang ilmu-ilmu kealaman yang  terkait dengan benda-benda mati seperti ilmu astronomi,  fisika, biologi, kimia dan lain-lain.
Jika menurut batasan bahwa teknologi adalah hal yang berkaitan dengan cara menerapkan sains untuk memanfaatkan alam bagi kesejahteraan dan kenyamanan manusia, mengundang kita untuk menengok kepada sekian banyak ayat Al‑Qur’an yang berbicara tentang alam raya. Sekitar 750 ayatnya berbicara tentang alam raya dan fenomenanya. Berulang‑ulang Al-Qur’an menyatakan bahwa alam raya ini diciptakan dan ditundukkan (sakhkhara) oleh Allah untuk manusia.
Artinya      : “Dan Dia menundukkan untukmu apa yang ada di langit dan di bumi semuanya, (sebagai rahmat) dari‑Nya. Sesungguhya pada yang demikian itu benar‑benar terdapat tanda‑tanda (kekuasaan) Allah bagi kaum yang berpikir”. (QS. al‑Jatsiyah (45) : 13).
Secara jelas Allah berfirman di dalam QS. Al-Ra’du (13): 2-3).:
Artinya:     Allah-lah yang meninggikan langit tanpa tiang (sebagaimana) yang kamu lihat, kemudian Dia bersemayam dan alas Arsy, dan menundukkan matahari dan bulan. Masing-masing beredar hingga waktu yang ditentukan. Allah mengatur urusan (makhluk-Nya), menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya), supaya kamu meyakini pertemuan (mu) dengan Tuhanmu. Dan Dia-lah Tuhan yang membentangkan bumi dan menjadikan gunung-gunung dan sungai-sungai padanyaa. Dan menjadikan padanya  semua buah-buahan berpasang-pasangan, Allah menutupkan malam kepada siang. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan.

Alam ditundukkan bagi manusia bila manusia menguasai ilmu tentang aturan hukum-hukum yang diperlakukan Allah kepada alam semesta, apa yang kita kenal dengan sunnatullah. Sunnatullah bukanlah “hukum alah” yang secara otomatis berlaku dengan sendirinya secara alamiah tanpa ada yang menciptakannya, melainkan hukm itu ada bersamaan dengan penciptaannya oleh Yang Maha Pencipta:
Artinya: “Dan Dia telah menciptakan segala sesuatu, dan Dia menetapkan ukuran-ukurannya dneganserapi-rapinya”. (QS. Al-Furqan (25):2)

Hukum‑hukum itu diciptakan Penciptanya bersamaan dengan penciptaan alam. Segala sesuatu di alam ini memiliki ciri dan hukum‑hukumnya tersendiri. Alam semesta ini juga sangat nyata berjalan dengan kokoh, rapi dan harmonis. Apa sebabnya? Dengan penyelidikan‑penyelidikan yang teratur dan terarah, yang diikuti dengan pengolahan yang seksama terhadap data­-data yang diperoleh, maka orang telah banyak menemukan apa yang dinamakan hukum‑hukum alam yang secara disiplin telah ditaati oleh semua benda. sebagai makhluk‑Nya di alam ini. Hal ini dinyatakan oleh Allah dalam firman‑Nya.
Artinya: “… padahal kepada‑Nya lah menyerahkan diri segala apa yang di langit dan di bumi, baik dengan suka maupun terpaksa dan hanya kepada Allah‑lah mereka dikembalikan”. (QS. Ali Imran (3) : 83).
Tak dapat diragukan lagi, bahwa ketaatan yang demikian itulah yang menyebabkan alam ini selalu tegak dengan kokoh, rapi dan harmonis. Setelah kita beriman kepada Allah, maka menjadi mudah bagi kita untuk menerima, bahwa hukum‑hukum alam ini adalah sunnatullah atau aturan Allah yang telah dicipta­kan dan diberlakukan bagi makhluk‑Nya yang tidak berubah‑ubah sebagaimana dinyatakan dalam firman‑Nya.
Artinya: “Maka sekali-kali kamu tidak akan mendapat penggantian bagi sunnatullah, dan sekali-kali tidak (pula) akan menemui penyimpangan bagi sunnatullah itu” (QS. Fathir (35): 43).

Dengan demikian maka ketaatan pada hukum-hukum itu pada hakekatnya adalah ketaatan pada Allah sendiri, karena hukum dantata gerak segala benda di alam ini tidak lain dari ciptaan Allah jua, yang mencerminkan kehendak-Nya, sehingga dapat diambil konklusi bahwa alam semesta ini mempunyai sifat umum (general property) berupa ketaatan kepada Allah. Sifat ini sebenarnya sangat penting untuk menjadi pelajaran bagi manusia, karena manusia pun yang merupakan bagian dari makhluk sama halnya dengan alam ini, juga wajib mempunyai sifat ketaatan kepada Pencipta-Nya. Kalau tidak, maka hal itu merupakan pelanggaran yang sangat membahayakan bagi kehidupan manusia sendiri. Inilah salah satu makna yang terkandung dalam firman‑Nya yang mempertanyakan keingkaran manusia meskipun dia diberikan kebebasan.
Namun manusia dari sisi lain berbeda, karena manusia telah diberikan potensi akal, pancaindera, dan kekuatan untuk mengembangkan ilmu pengetahuannya serta menerapkannya menjadi nyata dalam teknologi. Kelebihan ini memberi manusia kesempatan untuk mengelola alam, bahkan ada kemampuan manusia untuk merubah dan melawan alam dengan mempelajari gerak dan sifat hukum alam itu sendiri.
Inilah bedanya manusia dengan makhluk lainnya, sehingga dengan akal pikirannya, dan kekuatan fisik serta pancainderanya dapat mengolah dan mendayagunakan hukum‑hukum alam ini menjadi sesuatu yang berguna. Sebagai contoh, air yang menurut hukum alamnya senantiasa mengalir ke bawah, dengan kekuatan pikirannya manusia telah menemukan cara dan alat untuk menggerakkan dan memancarkan air ke atas. Berbagai kekuatan yang nampaknya bahaya bagi manusia, dan dahulu disembah dan dipuji, kini manusia setelah mempelajari hukum-hukum alam itu, dapat menemukan berbagai alat hasil teknologi, yang memberikan kemudahan bagi manusia. Manusia umpamanya telah menemukan pembangkit listrik bertenaga air, uap,  angin, bahkan arus dan gelombang laut.
Karena manfaat ilmu dan teknologi, banyak segi kehidupan ini menjadi mudah. Dahulu untuk mengetahui waktu shalat umpamanya, umat Islam melihat kedudukan matahri langsung dengan mata kepala, akan banyak didapati banyak kesulitan umpamanya cuaca buruk, atau di tengah hutan atau di dalam tempat tertutup. Tapi sekarang cukup melirik posisi jarum jam yang melekat di pergelangan tangan. Untuk mengetahui kabar berita dari tempat yang jauh, dahulu orang harus berjalan berkilo-kilo meter tetapi dengan kemajuan teknologi, kini orang cukup mengangkat telepon, malah telepon digenggaman tangan, sehingga berapapun jauhnya berita akan disampaikan, dapat segera dikirim saat itu juga.
Penemuan-penemuan hukum alam yang tersebar di alam semesta ini pada gilirannya menggerakkan iptek lebih maju lagi di berbagai bidang, baik listrik, mekanik, elektronik, komunikasi, transportasi, penerbangan, bangunan, arsitektur dan lain sebagainya.

   F.    Peran Islam Dalam Perkembangan Ilmu Pengetahuan Dan Teknologi
Peran Islam dalam perkembangan iptek pada dasarnya ada 2 (dua). Pertama, 
menjadikan Aqidah Islam sebagai paradigma ilmu pengetahuan. Paradigma inilah
yang seharusnya dimiliki umat Islam, bukan paradigma sekuler seperti yang ada
sekarang. Paradigma Islam ini menyatakan bahwa Aqidah Islam wajib dijadikan
landasan pemikiran (qaidah fikriyah) bagi seluruh bangunan ilmu pengetahuan.
Ini bukan berarti menjadi Aqidah Islam sebagai sumber segala macam ilmu
pengetahuan, melainkan menjadi standar bagi segala ilmu pengetahuan. Maka ilmu
pengetahuan yang sesuai dengan Aqidah Islam dapat diterima dan diamalkan,
sedang yang bertentangan dengannya, wajib ditolak dan tidak boleh diamalkan.
Kedua, menjadikan Syariah Islam (yang lahir dari Aqidah Islam) sebagai standarbagi pemanfaatan iptek dalam kehidupan sehari-hari. Standar atau kriteria
inilah yang seharusnya yang digunakan umat Islam, bukan standar manfaat
(pragmatisme/utilitarianisme) seperti yang ada sekarang. Standar syariah ini
mengatur,bahwa boleh tidaknya pemanfaatan iptek, didasarkan pada ketentuan halal-haram(hukum-hukum syariah Islam). Umat Islam boleh memanfaatkan iptek, jikatelahdihalalkan oleh Syariah Islam. Sebaliknya jika suatu aspek iptek telah
diharamkan oleh Syariah, maka tidak boleh umat Islam memanfaatkannya, walau punia menghasilkan manfaat sesaat untuk memenuhi kebutuhan manusia.

BAB III
PENUTUP

Adapun kondisi umat Islam sekarang yang mengalami kemunduran dalam bidang sains dan teknologi adalah disebabkan oleh berbagai hal. Sains Islam mulai terlihat kemunduran yang signifikan adalah selepas tahun 1800 disebabkan faktor eksternal seperti pengaruh penjajahan yang dengan sengaja menghancurkan sistem ekonomi lokal yang menyokong kegiatan sains dan industri lokal. Contohnya seperti apa yang terjadi di Bengali, India, saat sistem kerajinan industri dan kerajinan lokal dihancurkan demi mensukseskan “revolusi industri” di Inggris.
            Sains dan teknologi adalah simbol kemodernan. Akan tetapi, tidak hanya karena modern, kemudian kita mengabaikan agama sebagaimana yang terjadi di Barat dengan ideologi sekularisme. Karena sains dan teknologi tidak akan pernah bertentangan dengan ajaran Islam yang relevan di setiap zaman.

DAFTAR PERPUSTAKAAN

Ø  Baiquni, Achmad. Alqur’an, Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, Solo Dana Bhakti Wakaf, 1994.
Ø  Effendi, Abdurrahman Riesdam & Gina Puspita, Membangun Sains dan Teknologi Menurut Kehendak Tuhan, Jakarta: Giliran Timur, 2007.
Ø  Kaelany, dkk. Islam Untuk Disiplin Ilmu dan Teknologi.  Jakarta: Depag Ditjen Bagais PIK Pertais. 2004
Ø  Soedewo, Islam dan Ilmu Pengetahuan, Jakarta: Darul Kutubil Islamiyah, 2007.

Ø  http://blog.re.or.id/persepsi-islam-terhadap-perkembangan-sains-dan-teknologi.htm

2 comments:

Unknown said...

maaf sepertinya ada yang salah "“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, Dia Telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam, Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. (QS. Al-Isra: 1-5)”" ini seharusnya surat al-'alaq ayat 1-5 bukan al isra' ayat 1-5

Herif De Rifhara, S.Pd.I, M.Pd.I said...

Buk Elva terimakasih, saya salah tulis